Bab 22
Di kuil pegunungan di luar kota, langit perlahan-lahan menjadi lebih cerah, pun kabut menjadi makin tebal. kabut tipis menyelimuti seluruh permukaan jalan.
Ivana dan Zayan berjalan perlahan di jalan batu, menuju kuil di puncak gunung.
Tidak jauh dari sana terdengar lantunan doa Buddha yang lembut dan bunyi lonceng yang bergema jauh.
Di dalam kuil, pohon-pohon tua menjulang tinggi. Di bawah batuan hijau yang dipenuhi lumut, angin bertiup membuat daun-daun jatuh dan mengeluarkan suara berdesir. Lonceng perunggu yang tergantung di sudut atap bergetar.
Ivana menarik napas dalam-dalam dan duduk di kursi batu. Dia melihat Zayan yang berkeliling untuk melihat-lihat, seperti anak kecil yang penasaran.
Seharusnya ini menjadi momen yang indah, tetapi terganggu oleh kedatangan Carlton.
Bayangan yang selalu menghantui.
Itu adalah reaksi pertama yang muncul di benak Ivana ketika melihat Carlton yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ivana, apa bisa kita bicara dengan baik?"
Mungkin kata-kata Ibunya kema
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda