Bab 9
Melihat Yulius tidak menjawab, Nanda memberi isyarat kepada Sandi yang berdiri di belakang Yulius.
Sandi segera maju.
"Om Sandi! Jangan!" Ekspresi Selina langsung berubah ketika melihat Sandi hendak menyerang Yulius.
Sandi adalah seorang petarung bawaan level delapan!
Begitu dia menyerang, Yulius pasti akan terluka parah!
"Nak, ini kesempatan terakhirmu. Katakan yang sebenarnya, siapa yang menyuruhmu datang dan apa tujuanmu?" Nanda bertanya sambil mengernyitkan dahi.
Sebagai keluarga kaya raya nomor satu, musuh keluarga Tanadi itu sangat banyak, baik yang terlihat maupun tersembunyi.
Bagi Nanda, setiap musuh yang bisa diungkap harus segera ditindak. Lebih baik salah tangkap daripada melepaskan mereka.
"Aku sudah jujur, tapi kalian nggak percaya. Aku harus bagaimana lagi?" tanya Yulius sambil menaikkan bahunya.
Ekspresi Yulius yang tak kenal takut benar-benar membuat Nanda marah.
"Sepertinya kamu nggak akan percaya sampai melihat bukti yang jelas." Suara Nanda menjadi sangat dingin
Sandi pun mengulurkan tangan untuk menangkap Yulius.
"Berhenti! Uhuk … "
Tepat di saat yang genting itu, sebuah suara parau terdengar dari lantai atas, disertai dengan batuk.
"Kakek!" Selina berteriak dengan penuh semangat saat Chairil muncul di ujung tangga lantai dua dengan kursi roda yang didorong oleh pelayan.
"Aku mau membiarkan Nak Yulius mencoba mengobatiku," kata Chairil, menatap Nanda.
Ekspresi Nanda langsung berubah dan dia buru-buru berkata, "Ayah, penyakit seperti ini nggak bisa sembarangan diobati. Belum lagi kita nggak tahu anak ini punya niat buruk atau nggak. Dilihat dari usianya, dia nggak mungkin seorang dokter!"
"Pak Chairil, benar kata Pak Nanda. Meskipun kanker paru-paru Anda sudah stadium akhir, jangan mudah percaya pada orang yang nggak dikenal seperti ini. Itu sama saja menyerah pada harapan hidup. Selama Anda mengikuti rencana kemoterapi yang saya buat untuk Anda dan menjaga pikiran tetap tenang, usia Anda masih bisa diperpanjang," kata Jackson Cadabry, dokter spesialis paru-paru yang Nanda datangkan dari Zendara.
"Ayah, Dokter Jackson adalah seorang ahli. Setidaknya dengarkan perkataannya," kata Nanda.
Chairil menggelengkan kepala. "Meski dia ahli, dia hanya bisa memperpanjang hidupku beberapa bulan saja. Aku sudah menyaksikan sendiri kemampuan Nak Yulius dan aku bersedia memercayainya. Kalian jangan menghalanginya lagi."
Nanda ingin membantah lagi, tetapi dia menelan kembali kata-katanya setelah melihat tatapan tegas di mata Chairil.
Kondisi kesehatan Chairil sudah sangat buruk, jadi dia tidak bisa membuat ayahnya marah lagi.
"Baiklah, Ayah. Aku setuju membiarkan Yulius memeriksamu, tapi aku dan Dokter Jackson harus ada di sini," ujar Nanda.
Nanda menyatakan syarat terakhirnya.
"Nak Yulius, apa kamu setuju dengan ini?" tanya Chairil sambi memandang Yulius.
"Nggak masalah, makin cepat makin baik," kata Yulius meregangkan tubuhnya sambil menguap.
Sikapnya yang santai membuat Nanda dan yang lainnya merasa tidak senang.
Bahkan Selina mulai merasa ragu.
Terlihat terlalu tidak bisa diandalkan.
Beberapa menit kemudian, Yulius berada di ruang kerja Chairil di lantai dua.
Yulius mengambil sebuah kursi dan duduk di depan Chairil.
Nanda dan yang lainnya berdiri sekitar lima meter jauhnya dari mereka.
Selain Sandi, Nanda juga memanggil dua pengawal untuk berjaga-jaga kalau Yulius melakukan sesuatu.
Yulius memegang pergelangan tangan kanan Chairil untuk merasakan denyut nadinya.
Melihat ini, Jackson di sampingnya menunjukkan ekspresi meremehkan.
Chairil menderita kanker paru-paru, apa gunanya memeriksa denyut nadi?
Namun, apa yang dilihat Jackson hanyalah penampakan luar.
Sebenarnya, saat memeriksa denyut nadi, Yulius telah mengalirkan energi batin dan membiarkannya bersirkulasi di dalam tubuh Chairil, sehingga dia dapat mengetahui kondisi tubuh Chairil secara menyeluruh.
Seharusnya, kemampuan untuk melepaskan energi batin hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah mencapai tahap pembentukan dasar ke atas.
Namun, Yulius sudah bisa melepaskan energi batin sejak dia mencapai level seratus pada tahap pemurnian energi.
Satu menit kemudian, Yulius menarik kembali tangannya.
"Keadaannya buruk."
Mendengar kata-kata ini, Jackson di sampingnya makin meremehkan.
Dia selalu meremehkan pengobatan tradisional, menganggapnya sebagai pseudosains, dan sekelompok dukun yang suka menipu.
Apa yang dilakukan Yulius saat ini justru memperkuat pandangannya.
Cukup merasakan denyut nadi, lalu berkata dengan wajah serius bahwa kondisinya buruk — siapa pun bisa berpura-pura seperti itu!
"Ahem, biarkan aku bicara sebentar. Nak, apa yang kamu temukan? Di mana letak masalahnya? Bisakah kamu menjelaskannya secara rinci? Supaya saya bisa belajar sedikit dari pengobatan tradisional kalian," Jackson berkata dengan nada sinis dan tatapannya penuh penghinaan.
Selina menatap Yulius dengan gugup, khawatir Yulius tidak akan bisa memberikan penjelasan yang masuk akal.
"Kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuh, terutama di sekitar tulang belakang. Itu sebabnya Pak Chairil nggak bisa jalan, karena tulang belakangnya sudah diserang oleh sel kanker. Selain itu, Pak Chairil sepertinya juga punya tekanan tinggi dan sedikit stroke ringan ... "
Yulius menjelaskan semua masalah Chairil seolah-olah dia telah membaca laporan medisnya.
Wajah Jackson awalnya penuh dengan sarkasme, tetapi saat dia mendengarkan, ekspresinya perlahan berubah, dan dia menjadi terkejut. Pada akhirnya, matanya membelalak dengan penuh ketidakpercayaan.
Semua gejala yang disebutkan oleh Yulius benar!
Termasuk beberapa gejala yang baru muncul dua hari terakhir ini!
Selina tidak terlalu mengerti, lalu memandang Nanda. Namun, ia melihat Nanda juga tercengang di tempatnya.
"Bagaimana mungkin? Apa ada yang membocorkan laporan pemeriksaan Ayah kepada orang luar?" tanya Rosa dengan suara keras.
Nanda tersadar dan memandang ke arah Yulius, dengan perasaan tak hanya terkejut tetapi juga penuh kekaguman.
Apa yang dikatakan Rosa sama sekali tidak mungkin terjadi.
Laporan pemeriksaan lengkap Chairil disimpan oleh Nanda sendiri di brankas dan selain dokter utama, tidak ada orang lain yang bisa mengaksesnya.
Terlebih lagi, Yulius bahkan menyebutkan beberapa gejala yang baru-baru ini muncul pada Chairil.
Pemuda ini, benar-benar berbakat!
"Keadaanmu seperti ini, mustahil untuk disembuhkan." Pada saat itu, Yulius kembali berbicara.
Harapan yang baru saja muncul di mata Nanda seketika padam.
Mata Selina pun mulai memerah.
"Aku sudah bilang, pemuda ini nggak ada gunanya. Dia bisa mendeteksi penyakit, tapi nggak bisa menyembuhkannya. Jadi, apa gunanya kamu?" cibir Rosa dengan sinis.
"Lalu … berapa lama lagi aku bisa bertahan hidup?" tanya Chairil dengan susah payah.
"Aku akan memberikan akupunktur terlebih dahulu, lalu menuliskan resep. Kalau kamu berhasil mendapatkan semua obat yang ada di resep tersebut dan meminumnya sekali sehari ... kamu mungkin bisa hidup sepuluh tahun lagi," jawab Yulius.
Sepuluh tahun?
Chairil tertegun, lalu merasa sangat gembira!
Dia yang sudah divonis oleh banyak dokter hanya memiliki waktu kurang dari tiga bulan untuk hidup, ternyata masih bisa hidup sepuluh tahun lagi?
"Yu-Yulius, apa benar yang kamu bilang tadi? Ini bukan lelucon, 'kan?" tanya Selina dengan mata berkaca-kaca.
"Syaratnya, kalian harus bisa mendapatkan semua bahan obat yang ada di resep itu. Beberapa di antaranya mungkin sudah sangat langka," kata Yulius.
"Nggak masalah! Sekalipun langka, kami akan membelinya! Yulius … Dokter, tolong segera lakukan akupunktur pada ayahku," ujar Nanda dengan penuh semangat.
Satu jam kemudian, Yulius keluar dari ruang kerja Chairil.
Selama proses akupunktur, Chairil memuntahkan darah. Hal itu membuat Nanda dan yang lainnya ketakutan.
Namun, darah itu adalah darah beracun yang menumpuk di dalam tubuhnya. Setelah memuntahkannya, Chairil merasa jauh lebih lega, dan wajahnya kembali terlihat sedikit lebih cerah.
Jackson menggunakan alat medis khusus untuk memeriksa Chairil dan menemukan bahwa semua indikator berbahaya dalam tubuh Chairil telah menurun secara signifikan.
Pada titik ini, Nanda dan yang lainnya benar-benar percaya pada kemampuan Yulius.
Chairil sudah mengonsumsi berbagai macam obat, tetapi tidak ada yang seefektif satu kali akupunktur dari Yulius ini.
Jackson mencari alasan dan meninggalkan keluarga Tanadi dengan perasaan malu.
Meskipun Rosa masih meremehkan Yulius dalam hatinya, tetapi dia tidak berani mengatakan apa pun secara terang-terangan.
Setelah menuliskan resep obat, Yulius bersiap untuk pergi.
"Dokter Yulius, mohon jangan masukkan ke dalam hati kesalahpahaman dan ketidaksopananku sebelumnya," kata Nanda dengan tulus.
Yulius melambaikan tangan, menunjukkan bahwa dia tidak memedulikan hal itu.
Nanda kemudian mengambil selembar cek kosong dan menyerahkannya kepada Yulius.
"Dokter Yulius, ini adalah cek kosong. Silakan tulis jumlah yang kamu inginkan. Ini adalah imbalan atas pengobatan yang kamu berikan kepada ayahku."
"Sebenarnya uang itu nggak penting, aku cuma berharap Selina nggak lupa janjinya padaku," ujar Yulius sambil menatap ke arah Selina.
"Haha, kalian berdua punya kesepakatan rahasia? Bagus, anak-anak seusia kalian memang harus lebih banyak berkomunikasi." Nanda tertawa.
Dia tahu, Yulius adalah seorang genius dalam bidang medis yang sangat langka. Jika Selina bisa lebih dekat dengan Yulius, itu pasti akan sangat menguntungkan.
"Bukan kesepakatan besar, aku cuma ingin dia menjauh dariku," balas Yulius.