Bab 50
Pisau itu mengeluarkan cahaya silau dan ditebas ke arah Alice.
Saat pisau semangka itu ditebaskan, sebuah tangan dengan jari jemari ramping dan bertulang menahan pergelangan tangan si Rambut Pirang. Hawa dingin tiba-tiba dipancarkan.
"Krak!"
Tulangnya patah.
"Krang!"
Pisau semangka itu terjatuh ke tanah.
"Ah!" terdengar jeritan keras si Rambut Pirang dan membuat burung-burung di hutan sekitarnya beterbangan.
Damian mengelap tangan kanannya dengan tisu basah. Mata lancipnya terlihat dingin saat melihat si Rambut Pirang meringkuk di tanah, seolah-olah melihat benda mati.
"Kalau bertemu situasi seperti ini ke depannya, telepon aku," ujar Damian sambil berbalik melihat Alice.
Nada bicaranya seolah tidak ada toleransi dan membawa hawa marah yang belum hilang.
Bulu mata Alice bergetar sedikit. Sikap pria ini sungguh cepat berubah-ubah.
Di saat seperti ini, Alice tidak berani melawan Damian. Dia mengiyakan dengan suara pelan.
Suara sengau ini membuat amarah pria itu berkurang banyak.
"Kak Dam
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda