Bab 41
Hendry menggosok pelipisnya yang nyeri, lalu menoleh ke arah adik perempuannya penuh penyesalan.
Namun, dirinya malah mendapati Leira yang terus makan dengan ekspresi biasa saja.
"Kamu nggak marah?"
Leira menelan makanan di mulutnya, lalu berkata, "Ada amarah karena punya ekspektasi."
Hendry pun makin iba. "Maaf, kami sudah abai sama kamu."
Dia teringat kembali saat Leira kembali ke keluarga Candrawira.
Leira mengenakan pakaian yang tidak pas, dengan tas usang karena telah dicuci berkali-kali. Tas itu berisi semua barang miliknya.
Leira berdiri di ruang tamu keluarga Candrawira yang luas sembari mengamati dengan hati-hati. Dia tampak bingung sekaligus penuh harapan.
Terpancar ketakutan di balik sorot mata yang indah itu, tetapi ada harapan yang lebih banyak di sana. Tampak semburat merah karena bahagia di wajahnya.
Dia memanggil dengan suara lirih, "Kakak."
'Waktu itu, aku pasang ekspresi bagaimana, ya?'
Hendry tidak bisa mengingatnya, tetapi dia tidak begitu antusias saat itu.
Namun,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda