Bab 98
Pada saat yang sama, Lily bersembunyi di belakang pohon kompleks, hampir gemetaran karena marah, jalan yang dia pilih jelas salah.
Namun, anak haram Halim ini pasti akan membuat Prita dan Sabrina terluka parah.
Lily menggertakkan gigi dan berpikir dengan marah.
"Entah kenapa aku merasa ada yang mengawasi kita, cepat pulang!" Halim dengan hati-hati menurunkan putranya, lalu meminta wanita itu membawa anak laki-laki itu pulang lebih dulu.
Nenek Weni ingin berbicara tetapi ragu, "Nak, meski aku nggak paham soal saham, tadi pagi aku dengar tetangga bilang harga saham Winata Group anjlok. Sabrina, si pembawa sial itu, bahkan buat skandal plagiarisme. Apa-apaan ini? Aku kan sudah bilang, Prita, si wanita penggoda itu, nggak bawa keberuntungan. Cepat atau lambat dia bakal menggerogoti keluarga Winata sampai habis."
"Sudah, Bu, jangan bicara lagi." Halim dengan tidak sabar menjawab sambil melirik ibunya yang kuno dan menyebalkan.
"Kenapa nggak boleh? Aku cuma bilangin dua kalimat. Waktu muda,
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda