Bab 78
Tatapan matanya begitu suram seolah tak senang.
Ada panggilan masuk, dia mengernyitkan dahi sembari menangani urusan pekerjaan. Tampaknya dia tak memiliki cukup waktu, jadi meminta asisten untuk mengantarkan Nadira pulang.
Nadira dengan penuh rasa curiga, berjalan keluar dari gedung yang tak seperti kantornya ini.
Di sebuah kantor lantai 28, seorang pria berdiri di depan jendela sembari menjawab telepon.
Sosok semampai melangkah masuk dengan anggunnya.
Setelah selesai menelepon, Beni berbalik dan melihat seseorang masuk ke dalam kantornya. Dia mengernyitkan dahi, "Kenapa kamu datang jauh-jauh kemari dari kantor cabang?"
"Kakak Ketiga." Seorang wanita mengenakan pakaian formal, tak menunjukkan sedikit pun kesan sekretaris seksi. Dia bersikap profesional, berpenampilan sopan, memiliki sepasang mata yang begitu jernih bak mata air, dan memancarkan aura seperti seorang bangsawan. Dia tersenyum tipis sembari meminta maaf, "Ciya adalah bawahanku yang dulu tinggal di sini, nggak kusangka dia
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda