Bab 424
Tatapannya sangat dalam. Nadira tersipu malu merasa agak canggung. Dia merasa kikuk dan menjawab dengan malu, "Nanti aku akan memanggilmu begitu."
"Ibumu terlalu malu untuk memanggilmu nama Paman. Apa kamu sudah selesai memilih?"
Ronal tidak memaksa dan hanya memiringkan telinganya seolah sedang mendengarkan.
Nadira merasa curiga, tetapi perutnya benar-benar bergerak pelan.
Ronald tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk perutnya dan berkata, "Baik, Paman sudah tahu. Warna biru, anak laki-laki."
Nadira percaya pada omong kosongnya, tetapi sifat kekanak-kanakan Ronal jelas membuatnya geli. Bibir cerinya agak melengkung, lalu dia berkata, "Pak Ronald, cepat bangun!"
"Iya juga, posisi ini agak mirip seperti sedang melamar," canda Ronald.
Asisten di sebelahnya tertawa, manajer toko perlengkapan pengantin juga langsung memujinya berulang kali, "Nyonya ini sangat beruntung, kekasihmu selalu ingin membuatmu merasa bahagia."
Nadira hanya bisa menghindari tatapannya dengan canggung. Saat dia meng

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda