Bab 322
"Aku nggak mencelakai ibu ... " jelas Nadira dengan panik.
"Masih berani membantah!" teriak Yansen sambil memandangnya dengan dingin.
Lestari mendekat dengan kursi roda, melihat Yansen yang menunjukkan ekspresi keras kepada Nadira. Teman-teman Kakak Ketiga yang dulu ramah, kini benar-benar menjauhi Nadira.
Di dalam hatinya, Lestari tersenyum puas.
Namun, di wajahnya dia menunjukkan ekspresi cemas dan bertanya, "Apa yang terjadi dengan Kakak Ketiga? Yansen, apakah dia yang memintaku datang?"
"Benar, Nona Lestari. Cepat masuk. Kakak Ketiga sedang kambuh. Dia memintamu datang, mungkin dia merasa kamu bisa membantunya," ujar Yansen dengan wajah penuh kekhawatiran.
Sikapnya terhadap Lestari jauh lebih baik, karena bahkan dokter spesialis jiwa pun tidak mampu menangani penyakit seperti milik Kakak Ketiga.
"Baiklah, aku menguasai ilmu pengobatan. Aku akan segera memeriksanya!" kata Lestari dengan percaya diri.
Namun, sudut matanya melirik ke arah Nadira, lalu berkata dengan nada pura-pura pri

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda