Bab 195
Leon termangu.
Dokter yang hendak mengatakan bahwa 'selamat, nggak ada yang serius' tersangkut di tenggorokannya.
Karena ucapan Yansen, dokter itu hanya bisa pergi menjauh dengan frustrasi.
Yansen menendang Leon sebelum akhirnya mereka menghilang bersama.
Dalam sekejap, di koridor yang luas, hanya tersisa Nadira dan sebuah ranjang dorong.
Keheningan menyelimuti koridor. Hanya terdengar isak lembut seorang wanita yang kemudian disusul sentuhan gemetar dari lengan pria yang kuat.
Nadira memandang wajah tampan di balik topeng itu. Sebuah kaca jatuh memang berbahaya, bahkan mematikan, tetapi dia tidak percaya. Dengan hatinya yang hancur, dia memohon, "Ini nggak mungkin, L. Bangunlah, aku mohon! Saat masuk tadi, kamu masih sadar, 'kan?"
Nadira memegang lengannya, secara naluriah menusukkan jarum akupunktur ke tubuhnya untuk memeriksa tanda-tanda vitalnya.
Namun, pria itu tetap diam!
Seolah hatinya tenggelam dalam kegelapan, Nadira menarik jarumnya sambil menangis tersedu-sedu. Dia membenamk
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda