Bab 142
Mengapa harus membawa adik saat perjalanan bisnis? Bukankah ini hanya untuk mengurus urusan pribadinya? Tapi malah membawa serta yang disebut sebagai adik perempuan?
Pria itu menyeringai dingin dengan wajah yang penuh amarah, urat-uratnya menonjol di pelipisnya yang tajam. Bibir tipisnya terkatup rapat hingga seolah bisa meneteskan air. "Baiklah, aku memang nggak punya urusan penting. Hah! Nadira, kamu benar-benar wanita nggak tahu terima kasih!" kata Beni.
Semalaman dia berusaha keras demi dirinya, tetapi akhirnya semuanya sia-sia, seolah hanya memberi makan anjing.
Tanpa berkata lebih lanjut, Beni berbalik badan dan melangkah pergi dengan aura dingin yang menusuk.
Lestari memandang Nadira dengan wajah penuh kekhawatiran, lalu mencoba membujuk, "Kakak Ketiga, Kak Nadira kelihatannya sangat lemah. Kamu nggak bisa meninggalkannya begitu saja ... "
"Lemah? Apa dia lemah karena habis dicium?" ujar Beni sambil berbalik dengan sorot mata tajam. Tatapannya menghujam Yohan yang wajahnya sudah
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda