Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 10

Sang asisten melapor, "Pak Yohan, Pak Daniel dari Perusahaan HN datang untuk membahas kerja sama!" Yohan sangat terkejut. Kontrak besar paruh kedua tahun ini sangat bergantung pada HN. Sebelumnya, Nadira sudah berkali-kali mencoba untuk bernegosiasi, tetapi pihak HN selalu menolak. Bagaimana mungkin tiba-tiba … Sabrina memutar matanya dan berjalan keluar dengan genit. "Kak Yohan, apa kamu senang? Aku sudah berusaha keras untuk mendapatkannya." Yohan sangat terkejut. "Jadi, kamu berhasil mendapat kontrak HN?" Sabrina melirik Nadira penuh arti, lalu mengangguk malu-malu. "Kamu hebat sekali, Sabrina!" Yohan sangat peduli dengan kesepakatan besar ini, sehingga dia mencium pipi Sabrina di depan umum. Dia terdiam sejenak, tanpa sadar melirik Nadira. Wajah wanita itu dingin dan datar. Dia terlihat tidak peduli sama sekali dengan kemesraan Yohan dan Sabrina. Entah mengapa, hal itu membuatnya tidak nyaman. "Sabrina, cepat undang Pak Daniel masuk. Kamu yang pimpin kerja sama ini!" perintah Yohan sambil melambaikan tangannya. Sabrina merasa bangga. Tiba-tiba, dia mendapat ide licik saat melirik Nadira. Jadi, dia sengaja menahan kakaknya. "Kak, kontrak HN yang selama ini kamu inginkan sudah aku dapatkan. Pak Yohan sudah menyuruhku untuk memimpin kerja sama. Apa kamu nggak mau lihat?" Nadira sontak tersenyum sinis begitu melihat ekspresi sombong Sabrina. Dia tahu persis bagaimana kontrak HN itu bisa dia peroleh. "Kamu yakin mau aku ikut rapat?" "Tentu saja!" Sabrina sangat tidak sabar ingin mempermalukannya lebih jauh. Nadira tertawa kecil. "Kalau begitu jangan menyesal." Lima menit kemudian. Daniel memasuki ruang rapat, di mana Yohan dan para pemegang saham lainnya berdiri menyambutnya. "Halo, Pak Daniel. Saya Manajer Umum sekaligus Kepala Desainer Ruby Jewelry, Sabrina Winata." "Senang bisa mendapatkan kepercayaan Anda." Sabrina dengan bangga mengulurkan tangannya. "Halo!" Daniel menghampirinya dan menatap Nadira. Dia terpukau dengan aura luar biasa wanita itu dan bertanya, "Bu Sabrina, ini siapa?" Sabrina menyeringai sinis. "Dia? Mantan karyawan yang dipecat karena sakit jiwa. Jangan dekat-dekat!" Daniel mengernyitkan dahi. Wanita ini tidak terlihat seperti itu. Kembali ke pokok pembicaraan. Daniel tersenyum sambil berkata, "Bu Sabrina, saya sangat puas dengan desain yang Anda ajukan terakhir! Hari ini saya datang untuk menandatangani kontrak dengan Pak Yohan, tapi saya juga ingin mendengar penjelasan Anda tentang karya tersebut" "Tentu saja." Sabrina mengangguk percaya diri. "Asisten, ambilkan desainku." Yohan tersenyum puas. Para pemegang saham juga memuji, "Sabrina memang berbakat!" "Nadira benar-benar nggak berguna dan berlama-lama di sini. Apa dia nggak malu?" Di tengah suara hinaan itu, Sabrina tersenyum puas. Asistennya membawa sebuah buku berisi ragam sketsa perhiasan yang sangat indah. Nadira memicingkan matanya. Semua sketsa di buku itu adalah hasil karyanya! Sabrina mengakui buku itu sebagai miliknya. Dia membalik halaman demi halaman desain yang unik itu, membuat semua orang terpukau. Dia melirik Nadira dengan tajam. Alasannya membiarkan Nadira ikut rapat ini untuk membuat wanita itu menyaksikan bagaimana dia merebut semua desain, kontrak besar, dan kehormatan itu. Dia ingin membuat Nadira patah hati dan terhina! "Pak, izinkan saya menjelaskan karya saya …" Sabrina mulai berbicara dengan percaya diri. Namun, Daniel menggelengkan kepala. "Bu Sabrina, sepertinya Anda salah paham. Saya ingin Anda jelaskan desain terakhir yang Anda kirimkan." Sambil berkata begitu, dia mengeluarkan desain tersebut dan meletakkannya di atas meja rapat. "Desain Anda sangat memukau, tapi juga cukup berani. Anda menggunakan batu mirah sebagai pusat Jantung Samudra dan kudengar Anda menggunakan Mirah Melia. Apa ada makna khusus di balik itu?" Sabrina tertegun memandangi desain itu. Dia mengetahui semua desain yang pernah diserahkan Nadira ke HN sebelumnya, bahkan menghafal beberapa poin kreatifnya. Namun, mengapa dia belum pernah lihat desain ini? Rancangannya begitu rumit hingga dia tidak paham sedikit pun. Sabrina mendongak dan mendapati Nadira tersenyum dingin penuh ejekan. Ada yang tidak beres. Apa si jalang ini diam-diam menyembunyikan sesuatu? "Bu Sabrina, bisakah Anda jelaskan ide kreatif Anda?" desak Daniel sambil tersenyum. Wajah Sabrina mulai bersemu karena malu, lehernya serasa tercekik. Di hadapan semua orang, dia merasa malu dan kesulitan untuk bicara. "Saya menggunakan Mirah dari Kongo karena …" "Ini Mirah Melia!" sela Daniel heran. Bagaimana bisa dia salah sebut nama berlian pada desainnya sendiri? Melihat Sabrina yang tidak siap dan gugup, Daniel mengernyitkan dahi dengan curiga. "Bu Sabrina. Jangan-jangan rancangan ini bukan karya Anda, ya?" "Bagaimana mungkin? Tentu saja ini rancangan saya!" bantah Sabrina langsung. "Kalau begitu, tolong jelaskan!" Namun, pikiran Sabrina terasa kosong dan dia tidak bisa berkata-kata. Melihat adiknya berkeringat dingin, Nadira tersenyum sinis dan melangkah maju. Di depan para pemegang saham dan Daniel, dia menunjuk rancangan itu dan mulai menjelaskan dengan tegas. "Alasan kami menggunakan Mirah Melia karena ada sebuah mitos Melia yang sangat Bapak sukai. Saya tahu betul selera Bapak yang suka sekali akan batu mirah. Sementara itu, safir adalah produk utama perusahaan Anda, lalu saya gabungkan keduanya!" Daniel menatap Nadira dengan heran. "Bagaimana Anda bisa menjelaskan desain ini dengan begitu sempurna?" Nadira tersenyum samar. "Karena saya yang membuat rancangannya!" Daniel tampak terkejut. Para pemegang saham pun terlihat bingung. "Kak Nadira, kamu bicara apa, sih!" Sabrina mendorong Nadira menjauh dengan panik. Matanya melirik gugup sebelum dia berpura-pura teraniaya. "Daniel, ini desain asli milik saya. Semua orang tahu saya adalah desainer genius yang baru memenangkan hadiah utama di Jewelry Design Competition tingkat kota!" "Kak Nadira, kita merancang perhiasan ini bersama." "Kenapa kamu diam-diam mengganti desainnya pakai batu mirah? Kamu membuatku nggak bisa menjelaskan. Kamu sengaja ingin menghancurkan kerja samaku dengan Pak Daniel, ya?" Karena ini menyangkut kepentingan perusahaan, beberapa pemegang saham yang awalnya ragu kini mulai benci pada Nadira. Daniel hanya mengernyitkan dahinya. "Jadi, siapa sebenarnya yang merancangnya?" "Saya nggak peduli dengan perselisihan internal perusahaan Anda." "Tapi, saya hanya akan memberikan proyek besar ini pada desainer yang berpengalaman!" Nadira mengepalkan tinjunya sambil melihat karyanya yang dirancang dengan susah payah, berulang kali dicemooh serta dihina Sabrina. Dia merasa sakit hati. Juara Jewelry Design Competition tingkat kota, ya? Huh. Dialah yang membantu Sabrina mendapatkannya! Karena Nadira sudah memulai semua ini, Nadira memutuskan untuk mengambil risiko. "Sebenarnya, untuk membuktikan siapa perancang aslinya bukanlah hal yang sulit!" "Pak Daniel serta para pemegang saham sekalian." "Bulan depan ada lomba desain perhiasan tingkat provinsi. Bagaimana kalau saya dan Sabrina ikut serta?" "Siapa pun yang menang, dialah yang akan bekerja sama dengan Pak Daniel dan kembali menjabat sebagai Manajer Umum!" Begitu dia selesai bicara, ekspresi Sabrina dan Yohan langsung berubah pucat. Nadira menyisipkan maksud tersembunyi dalam pertaruhan ini, dia ingin kembali ke Ruby Jewelry. Sabrina langsung menolak. "Kak, taruhan yang kamu ajukan terlalu gegabah. Kamu belum pernah memenangkan penghargaan, aku nggak mau lihat kamu mempermalukan dirimu sendiri." Yohan juga tahu kemampuan Nadira, membuatnya tidak ingin Nadira melanjutkan. "Cukup sudah cari masalahnya! Asisten, tolong keluarkan mantan karyawan ini!" "Saya pikir apa yang dikatakan Nona ini masuk akal! Mari kita putuskan kerja sama ini berdasarkan hasil kompetisi!" Setelah berpikir sejenak, Daniel pun mengambil keputusan. "Pak Yohan, saya kecewa sekali hari ini. Kontrak ini saya batalkan untuk sementara. Saya permisi." "Pak Daniel …" Yohan buru-buru mengejarnya. Para pemegang saham yang khawatir itu ikut panik. Melihat situasi itu, Sabrina pura-pura bersikap bijaksana. "Kak, cuma karena kamu ingin kembali ke perusahaan, kamu malah menghancurkan kontrak besar hari ini. Aku nggak akan menemanimu mengikuti permainan kekanak-kanakan ini." "Kamu takut bersaing denganku, ya? Apa kamu takut rahasia kebodohanmu terbongkar?" Nadira memancing dengan senyuman sinis. Seorang pemegang saham marah dan menegur Nadira. "Kamu merusak kepentingan kami! Sabrina, tanding saja dengannya. Kamu juara pertama tingkat kota. Apa dia bisa menandingimu?" "Benar, banyak yang bilang dia suka meniru desainmu. Jangan berbaik hati lagi padanya. Beri dia pelajaran dalam kompetisi itu!" "Ya! Kamu genius dalam desain. Jika Nadira belajar sepuluh tahun pun, dia tetap nggak bisa mengalahkanmu. Tunggu saja dan lihat dia mempermalukan dirinya sendiri!" Semua pemegang saham meremehkan Nadira dan mengira dia pasti akan kalah. Sabrina merasa tersanjung, tetapi dia dalam dilema dan hanya bisa setuju. "Kak Nadira, kalau begitu, jangan salahkan aku bersikap tegas dan mengalahkanmu dengan telak!" "Oh? Aku akan menunggu dan melihat apa yang bisa kamu lakukan," ujar Nadira sambil tersenyum dingin penuh arti sebelum berjalan keluar. Sabrina hanya bisa mengerucutkan bibir dengan ekspresi muram, merasa upaya yang dia lakukan sia-sia. Dia melihat Yohan kembali dengan wajah masam. Jelas sekali pria itu kesal karena sudah kehilangan proyek besar. Hatinya sedikit ciut. Dia pun memicingkan matanya, lalu langsung menarik Nadira dan berbisik, "Kak, kamu pasti belum tahu kalau rekam medis gangguan kecemasanmu itu aku dapat dari Yohan saat kami sedang bercinta. Dia bilang kalau dibandingkan denganku, kamu itu membosankan. Pantas saja dia nggak cinta sama kamu!" Nadira berbalik menatapnya, lalu menampar keras wajah Sabrina. Tidak disangka, Sabrina langsung terjatuh ke lantai … Dia memegangi pipinya sambil menangis ketakutan, "Kak, kamu sudah menggagalkan proyek besar hari ini dengan mengusulkan kompetisi itu. Aku cuma menasihatimu buat nggak menyulitkan Kak Yohan. Kenapa kamu menamparku?" "Cukup, Nadira!" Yohan berlari dan mendorong Nadira ke samping, lalu membantu Sabrina berdiri. Awalnya, dia masih agak marah pada Sabrina, tetapi hatinya langsung terasa sakit saat melihat wajahnya yang bengkak. Dia menatap tajam pada Nadira. "Sabrina cuma memikirkan perusahaan, lalu kamu? Berniat buruk, bahkan berani menamparnya. Apa kamu nggak tahu kalau dia sedang hamil?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.