Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Perpisahan AbadiPerpisahan Abadi
Oleh: Webfic

Bab 5

Fara refleks berbalik dan melihat Kris yang sedang berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang berubah drastis. Fara pun menutup telepon. Kris bergegas menghampirinya, lalu menggenggam tangan Fara. "Fara, siapa yang mau mengurus imigrasi?" "Teman sekelasku," jawab Fara dengan ekspresi yang tetap tenang. Ekspresi Fara tetap tidak berubah. "Dia teman sekelasku. Dia berencana ke luar negeri, jadi dia mengajakku keluar untuk bertemu sebelum dia pergi." Kris juga tidak mengira Fara berbohong, mungkin karena ekspresi Fara yang sangat tenang. Meskipun begitu, Kris tetap memeluk Fara dan berujar dengan takut, "Aku takut banget, kukira kamu." Fara pun mengatupkan bibirnya sambil berkata, "Kenapa kamu heboh banget? Ini 'kan cuma tentang imigrasi?" Jantung Kris sontak berdebar dengan kencang, dia langsung menjelaskan dengan putus asa, "Fara, kamu 'kan tahu latar belakang keluargaku. Tiga generasi kami masuk militer, jadi kami nggak bisa ke luar negeri." Kris terdiam sebentar, lalu berulang kali mengingatkan dengan gelisah, "Kalau aku salah, pukul dan omeli saja aku. Bunuh aku sekalian juga nggak apa-apa. Tapi, kamu nggak boleh ke luar negeri. Kalau kamu melakukan itu, aku nggak akan pernah bisa menemukanmu. Itu lebih parah daripada membunuhku." Fara hanya tersenyum di dalam pelukan erat Kris sambil berkata, "Oke." Sepertinya Kris memiliki firasat, itu sebabnya Kris selalu memastikan Fara berada di dekatnya selama beberapa hari berikutnya. Bahkan saat seorang sahabat Kris baru saja membuka klub baru dan mengundang teman-temannya untuk berpesta di sana sebagai bentuk perayaan. Kris juga ingin mengajak Fara. Karena Kris terus mengawasinya seperti ini setiap hari, Fara tidak bisa pergi ke Kantor Imigrasi untuk tanda tangan dan mau tidak mau mengikuti Kris. Sesampainya di ruang privat, teman-teman Kris langsung mengerumuni Fara. "Kak Fara, hari ini bersenang-senanglah dengan bebas. Kami tahu Kak Fara suka suasana yang tenang, jadi kami sudah mengganti musiknya dengan alunan piano. Tempatnya juga sudah dibersihkan." "Ya, Kak Fara. Ini, sudah kami siapkan beberapa hidangan penutup buat Kak Fara. Kak Kris yang traktir, ini semua makanan kesukaan Kak Fara." "Ayo, ayo, duduk di sini, Kak Fara. Buah-buahan di sini sudah dicuci dan dipotong-potong." ... Kris menatap sikap teman-temannya dan refleks mengangkat alisnya. "Sejak kapan kalian jadi pintar menjamu orang lain begini?" "Semua orang juga tahu kalau Kak Fara itu orang yang paling Kak Kris cintai! Kalau kami nggak memperlakukan Kak Fara dengan baik, mana mungkin Kak Kris masih mau bergaul dengan kami?" "Ya, ya! Sudah jadi rahasia umum kalau Kak Kris melupakan teman-temannya semenjak punya istri! Kami benar-benar sedih, jadi mau nggak mau kami ikut memanjakan Kak Fara saja seperti Kak Kris." Semua orang yang hadir di situ pun langsung tertawa terbahak-bahak. Di puncak kemeriahan, tiba-tiba sesosok wanita bertubuh mungil pun masuk. Wanita itu adalah Aleya! Manajer klub pun bergegas melangkah maju dan menghentikan Aleya sambil berkata, "Maaf, Nona, untuk sementara waktu kami nggak menerima tamu lain karena semua tamu terhormat klub kami hari ini sudah tiba." Namun, Aleya mendorong manajer itu menjauh dan berjalan masuk dengan acuh tak acuh. "Kak Fara, Kak Kris! Ternyata kalian yang memesan seluruh tempat ini. Kebetulan sekali, kalian nggak keberatan aku ikutan, 'kan?" Setelah itu, Aleya langsung berjalan menghampiri dan duduk di sebelah Fara tanpa menunggu respons dari siapa pun. Kemudian, di bawah sinar yang remang-remang, Aleya menarik tangan Kris ke bawah roknya. Tubuh Fara sontak gemetar dan dia refleks melirik ke arah Kris. Ekspresi pria itu langsung berubah saat Aleya muncul, terlihat seperti Kris ingin mengusir wanita itu. Namun, saat Aleya menarik tangan Kris ke bawah roknya, Kris malah memejamkan matanya dan tangannya yang ramping itu bergerak sedikit. Fara seketika merasa sulit bernapas. Dia mati-matian berusaha mengendalikan emosinya dan berpura-pura tidak menyadari apa pun. Di tengah pesta, Fara bangkit berdiri dan pamit pergi ke kamar mandi. Dia berulang kali mencuci mukanya dengan air dingin untuk mencoba menenangkan pikirannya, tetapi suara dengan kesan menantang tiba-tiba terdengar dari sampingnya. "Kak Fara, aku bukannya menjelek-jelekkanmu, tapi kamu 'kan masih sangat muda. Harusnya kamu berpakaian dengan gaya yang lebih sesuai dan nggak terlalu tertutup begini." Fara pun mendongak dan dia bisa melihat sedikit sorot tatapan menghina dari pantulan Aleya di cermin. "Coba lihat aku ...." Aleya membuka mantelnya, memperlihatkan pakaian seksi berbahan bulu rubah di baliknya. "Orang bilang pria itu makhluk visual dan mereka mendominasi dengan tubuh bagian bawahnya. Kamu mau bertaruh denganku? Kalau aku bilang pada Kak Kris aku pakai ini, apa Kak Kris akan tetap menemanimu atau ... akan bersembunyi darimu demi melakukannya denganku di sini?" Tubuh Fara sedikit gemetar. Dia mengeringkan tangannya tanpa memberikan jawaban apa pun, lalu kembali ke ruang privat. Beberapa saat kemudian, Aleya ikut berjalan masuk. Saat melewati Kris, Aleya diam-diam mengetuk ponsel Kris. Kris pun membuka ponselnya. Ada sebaris pesan singkat yang membuatnya langsung menelan ludah dengan gelisah dan sorot tatapannya mendadak meredup. Setelah itu, Kris memasukkan ponselnya ke dalam saku seolah tidak terjadi apa-apa dan bangkit berdiri. "Fara, aku keluar dulu buat telepon. Kamu tetap di sini, ya, aku akan segera kembali." Kris pun buru-buru berjalan pergi tanpa menunggu jawaban dari Fara. Beberapa saat kemudian, Aleya juga pamit pergi. Fara berusaha sebisa mungkin menahan sentakan napasnya seiring melihat kedua orang yang makin jauh itu. Masalahnya, rasa sakit di hatinya seperti sebilah pisau tajam yang terus mengiris hatinya tanpa ampun. Hati Fara terasa begitu sakit sampai-sampai dia ingin sekali menyeret Kris ke neraka detik ini juga agar pria itu makin menderita! Malam pun makin larut. Kris yang sore tadi mengatakan akan segera kembali nyatanya belum muncul juga. Teman-teman Kris sontak merasa sangat kikuk, mereka saling berpandangan dalam diam. Akhirnya, salah satu teman Kris bangkit berdiri dan mengusulkan agar Fara pulang terlebih dulu. Dia beralasan mungkin Kris tertahan urusan lain. Fara merasa alasan itu sangat ironis. Apa lagi yang bisa menahan Kris selain Aleya? Namun, Fara tidak mengatakan apa-apa dan langsung meninggalkan ruang privat itu dalam diam. Teman-teman Kris itu berbaik hati mengantar Fara ke mobil. Namun, begitu masuk, Fara baru menyadari bahwa dia lupa membawa tasnya. Saat Fara berjalan kembali ke ruang privat untuk mengambil tasnya, tiba-tiba dia mendengar desahan seorang pria berjanggut panjang dari dalam. "Akhirnya Kak Fara berhasil dibujuk pergi juga! Kalau lebih lama lagi, aku pasti ketahuan! Aku nggak paham juga bagaimana Kak Kris bisa berakting begitu baik di hadapan Kak Fara."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.