Bab 123
Lidya masih menceramahinya, tetapi Sandy sama sekali tidak memberikan reaksi.
"Sudahlah, daripada ngarepin kamu punya anak, mending aku minta ayah kamu buat punya anak kedua," ujarnya.
Sandy hanya terdiam.
Beberapa saat kemudian, waktu makan siang pun tiba.
Lily makan dengan diam, berusaha tetap tenang, tetapi dia merasakan tatapan Sandy yang terus mengarah kepadanya.
Entah apa yang telah Lidya katakan pada pria itu.
Namun, tatapan Sandy membuat Lily merasa gelisah tanpa alasan yang jelas.
Akhirnya, setelah susah payah menghabiskan makanannya, Lily mengantar Lidya kembali ke kamar untuk istirahat. Lalu, kembali ke kamar tidurnya di lantai atas.
Dia pikir Sandy sudah berangkat ke kantor, tetapi siapa sangka pria itu ada di kamar.
Cahaya matahari siang yang terik masuk melalui jendela, memantul lembut di atas kemeja Sandy, memberikan kesan hangat dan menenangkan.
Langkah Lily terhenti, tangannya masih memegang gagang pintu, dan bayangan pria itu terpantul dalam matanya yang jernih.
"Masu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda