Bab 257
"Kakek!"
Di ruang perawatan, Lydia menghentakkan kakinya dengan gelisah, bahkan pipinya makin merah.
Mana ada kakek yang tidak membantu cucunya sendiri dan malah membantu orang luar!
"Hahaha, suasana hati Kakek sedang bagus, makanya dia bercanda denganmu."
Melihat ekspresi cemas cucunya, Jaya juga tertawa terbahak-bahak. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Arman dan berkata, "Nak, tadi Kakek hanya bercanda, jangan ambil hati, ya."
Ternyata hanya bercanda. Sudah dia duga!
Arman merasa lega dalam hati, dia pun tersenyum hangat. "Kakek Jaya, aku ngerti, kok. Kamu berbaring dulu saja, aku akan mengobatimu dulu."
"Oke."
Jaya merespons. Melihat pipi Lydia yang masih merona, dia menghela napas dalam hati.
Barusan, dia berkata seperti itu hanya ingin melihat reaksi Lydia. Dia ingin melihat bagaimana sikapnya terhadap Arman.
Kebencian Lydia terhadap laki-laki bukan dari sejak kecil, melainkan muncul setelah dia dewasa.
Ini juga ada kaitannya dengan pengalaman Lydia saat kuliah.
Sebag

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda