Bab 216
"Ngapain ngaduin kamu?"
Arman menatap Thalia sambil mengerutkan alisnya. "Thalia, kamu nggak usah narsistik gitu, ya!"
"Aku narsistik? Kalau bukan kamu yang ngaduin aku ke Nona Marsha, gimana dia bisa tahu semua ini?"
Thalia menatap Arman dengan kesal.
"Aku yang nyari tahu sendiri."
Pada saat ini, Marsha menyela Thalia dengan sinis.
"Anda menyelidikku?"
Jantung Thalia berdebar makin kencang.
"Jadi, kamu masih mau ngomong apalagi sekarang?"
Marsha menatap Thalia dengan sinis.
"Nggak ada yang mau aku ngomongin, aku cuma pingin hidup yang lebih baik, memangnya salah?"
Thalia menatap Marsha sambil mendongak.
Hingga saat ini, dia tidak merasa dirinya telah melakukan kesalahan.
Bagaimana mungkin seorang pecundang layak mendapatkan dia?
"Kamu nggak salah, terus apa masalahnya aku ngeboikot kamu sekarang?"
Marsha berkata dengan tegas dan berwibawa.
Thalia terkejut, tetapi tetap bersikeras. "Nona Marsha, Anda ngandalin status Anda buat nindas aku, aku nggak terima!"
"Memangnya aku pikirin? Aku

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda