Bab 165
Kembali ke vila.
Langit sudah gelap.
Setelah mandi, Arman pun berbaring di tempat tidur.
Dia sebenarnya ingin berbaring dengan tenang sebentar.
Namun, kejadian tadi siang dengan Marsha di Pantai Krisan terus terulang dalam benaknya.
Arman pun mengangkat dan memandangi telapak tangan kanannya.
Rasanya samar-samar dia masih bisa merasakan kelembutan tubuh Marsha.
"Arman, Arman, kamu kenapa sih?"
Arman bergumam.
Entah kenapa dia merasa hampa.
Jelas-jelas dia bilang ingin melupakan Marsha.
Jelas-jelas dia bilang tidak akan pernah memaafkan Marsha.
Arman pikir dia memang sudah melupakan segalanya.
Namun, kenapa hatinya masih tergerak oleh Marsha?
Terutama saat melihat pergelangan kaki Marsha yang terkilir gara-gara mengejar Arman, lalu saat Marsha menatapnya dengan sorot memelas. Arman benar-benar tidak tega dan luluh dengan sikap Marsha.
Bukankah waktu itu juga ada kesulitan semacam ini?
"Marsha, apa yang kamu sembunyikan dariku?"
Arman bergumam dengan suara pelan.
Arman ingin hatinya tena
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda