Bab 11
"Bi, sebenarnya aku sudah memilih tanggal pernikahan. Hanya saja, aku ingin memberikan kejutan untuk Thalia."
Chris berkata dengan sopan. Dia melanjutkan perkataannya dengan sekali tarikan napas, "Waktunya tiga hari lagi saat Kapal pesiar Verena berlabuh di dermaga Kota Setala. Aku akan melangsungkan pernikahan di sana."
"Kapal pesiar Verena?"
Nimas bertanya karena dia tidak pernah mendengar nama itu.
Di sampingnya, Thalia terlihat begitu bersemangat dan menatap Chris. "Kapal pesiar Verena? Apa itu kapal pesiar mewah nomor satu di dunia? Verena?"
"Tepat sekali."
Chris menganggukkan kepalanya.
Tampak sedikit keangkuhan di wajahnya.
Tidak sembarang orang bisa melangsungkan pernikahan di Verena. Hal ini cukup menunjukkan status Keluarga Sagara di Kota Setala!
"Ah! Benarkah itu, sayang?"
Thalia terlalu bersemangat hingga tidak bisa mengendalikan diri.
Kapal pesiar Verena adalah kapal pesiar nomor satu di dunia!
Biaya pembuatan kapal pesiar ini saja mencapai 100 miliar dolar AS!
Kapal ini dikenal sebagai "istana yang berjalan di atas laut"!
Yang paling penting, pemilik kapal pesiar Verena ini adalah Hadi, orang terkaya di dunia saat ini!
"Kapal pesiar mewah nomor satu di dunia?"
Begitu mendengar hal tersebut, mata Nimas langsung berbinar. "Chris, kamu memang sangat perhatian!"
"Kak Chris, kamu benar-benar hebat!"
Theo juga langsung mengubah panggilannya kepada Chris.
"Hehe, semua ini sudah seharusnya kulakukan, selama Thalia menyukainya."
Chris berkata sambil tersenyum, lalu menatap Thalia dengan tulus. "Thalia, apa kamu menyukai rencanaku?"
"Hmm, tentu saja aku menyukainya."
Thalia menganggukkan kepalanya tanpa henti.
"Kalau begitu, kita akan menggelar resepsi terlebih dulu. Baru kemudian, kita memilih tanggal yang baik untuk mendapatkan surat nikah. Bagaimana menurutmu?"
Chris melanjutkan dengan bertanya.
Hal ini juga bagian dari rencananya.
Chris memanfaatkan pernikahan ini untuk membuat Thalia tersentuh. Kemudian, setelah mendapatkan semua yang dia inginkan, Chris akan mendepak wanita itu.
Mengenai surat nikah, hal itu tidak akan terjadi.
Mencari hari baik hanyalah alasan untuk menundanya saja.
"Tentu saja nggak apa-apa."
Thalia sudah begitu tersentuh oleh Chris, sehingga dia terus menganggukkan kepalanya. "Aku mencintaimu sampai mati, sayang."
Sambil berkata seperti itu, Thalia mencium wajah Chris sekuat tenaga.
"Aku juga mencintaimu."
Chris mengatakannya sambil tertawa kecil.
Segalanya benar-benar berada di bawah kendalinya.
"Tapi sayang, kapal pesiar Verena belum pernah berlabuh di Dermaga Kota Setala sebelumnya. Kenapa kali ini mereka berlabuh di sini?"
Thalia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia menengadah dan bertanya dengan heran.
Untuk kapal pesiar kelas satu seperti Verena, setidaknya akan berlabuh di dermaga provinsi dan waktu berlabuhnya tidak boleh lebih dari satu hari.
Kenapa kali ini mereka memilih berlabuh di Kota Setala?
"Menurut informasi yang kuterima, Hadi ingin mengadakan pertemuan dengan orang penting yang misterius."
Chris menjawab pertanyaan Thalia.
"Orang penting macam apa yang bisa membuat orang terkaya di dunia menyambutnya secara langsung?"
Thalia begitu terkejut setelah mendengarnya.
Terlebih lagi, orang penting ini masih berada di Kota Setala?
"Aku juga nggak tahu tentang hal itu."
Chris menggelengkan kepalanya.
"Sayang, apa kita juga bisa bertemu dengan mereka nanti?"
Thalia bertanya dengan penuh semangat.
"Tentu saja, setidaknya nggak akan jadi masalah untuk bertemu dengan Hadi sekali saja."
Chris melanjutkan perkataannya dengan bangga, "Pada saat pernikahan kita nanti, Hadi akan memberikan ucapan selamat secara langsung kepada kita."
Semua itu bukan karena kehebatan Chris. Akan tetapi, Hadi akan selalu memberikan ucapan selamat kepada semua pengantin baru yang melangsungkan pernikahan di kapal pesiar Verena. Dia akan mendoakan mereka, berharap mereka bahagia selamanya.
Akan tetapi, hanya sedikit orang yang mengetahui hal ini. Chris sendiri juga baru diberitahu setelah mendapat balasan dari sekretaris Hadi.
"Sayang, kamu sungguh luar biasa. Aku sangat mencintaimu!"
Tentu saja Thalia tidak mengetahui hal tersebut. Saat ini, dia berharap bisa segera melahirkan seorang anak untuk Chris.
Hadi, orang terkaya di dunia!
Tokoh super penting, yang selalu ingin ditemui oleh Thalia di dalam mimpinya.
Mengenai orang penting misterius yang bisa membuat Hadi menyambutnya secara langsung, akan lebih baik jika dia juga beruntung bisa bertemu dengannya!
Saat itu, jika Thalia bisa menjalin hubungan dengan mereka, dia benar-benar akan berada di puncak.
Thalia masih begitu percaya diri.
Terlepas dari penampilan ataupun kemampuannya!
......
Di sisi lain.
Arman tiba di Vila Widuri. Sekarang, dia tinggal di vila termewah nomor satu di puncak gunung.
Vila ini dikelilingi awan dan kabut, seperti negeri dongeng.
Setelah lima tahun, Arman akhirnya kembali ke vila ini.
Arman duduk di sofa di ruang tamu dan merasa emosional untuk sementara waktu.
Malam harinya.
Arman merasa sedikit lapar dan bersiap untuk memasak. Akan tetapi, ternyata tidak ada bahan makanan di dalam lemari es.
Saat itu sudah larut malam. Arman tidak ingin merepotkan orang lain. Itu sebabnya, dia hanya memesan makanan yang diantar.
Akan tetapi, karena pengelolaan keamanan Vila Widuri yang begitu ketat dan perlindungan mutlak bagi privasi penghuninya, kurir pengantar makanan tidak bisa masuk ke sana.
Arman hanya bisa keluar rumah untuk mengambilnya.
Sambil membawa semangkuk mie daging sapi rebus favoritnya, Arman bersiap untuk kembali ke vila.
Pada titik ini.
Sebuah Rolls-Royce Phantom perlahan mendekat.
Yang duduk di dalam mobil adalah Chris dan Thalia.
Mereka melihat Arman dari jarak yang agak jauh.
Thalia langsung menunjukkan ekspresi merendahkan yang terlihat jelas di matanya. "Kenapa lagi-lagi orang ini? Dia benar-benar menghantuiku. Ibuku memang benar. Dia hanya ingin menggangguku!"
"Sayang, tolong hentikan mobilnya sebentar. Aku ingin memberikan penjelasan kepadanya agar dia nggak menggangguku lagi di kemudian hari."
kata Thalia.
Thalia tidak ingin Arman memengaruhi hubungannya dengan Chris.
"Aku akan pergi bersamamu."
Chris juga berencana memberi tahu Arman jika Thalia sekarang adalah miliknya.
Chris memang memperalat Thalia. Akan tetapi, dia juga tidak membiarkan alatnya itu dipikirkan oleh pria lain setiap harinya.
Rolls-Royce itu berhenti di depan Arman.
Cahaya yang terang membuat Arman agak memicingkan matanya.
Setelah beradaptasi sejenak, Arman melihat dua orang membuka pintu dan turun dari mobil.
Mereka adalah Chris dan Thalia.
Sambil mengenakan sepatu hak tingginya, Thalia mendatangi Arman dengan marah dan menegurnya, "Arman, kamu memukul adikku dan aku bahkan belum membuat perhitungan denganmu. Tapi, kamu masih berani mengikutiku?"
"Omong-omong, bukankah siang tadi kamu masih begitu sombong? Kamu menutup teleponku dan mengatakan kalau keluarga kami nggak boleh mengganggumu lagi. Kok sekarang kamu malah datang menggangguku lagi?"
"Aku mengganggumu?"
Arman mencibir saat mendengarnya.
Arman belum sempat berkata-kata. Kenapa dia bisa begitu sial, hingga bertemu lagi dengan wanita ini?
"Bukankah memang begitu?"
Thalia menatap Arman dengan kesal.
"Aku tinggal di sini. Apa ada masalah?"
Arman menatap Thalia dengan acuh tak acuh.
"Kamu tinggal di sini?"
Thalia terkejut. Melihat makanan take-away yang dipegang Arman, tiba-tiba saja ekspresi mencemooh muncul di wajahnya. "Orang miskin hanya bisa makan makanan siap saji, tapi masih saja pura-pura kaya. Katakan padaku, kamu tinggal di villa nomor berapa?"
"Nomor satu."
Arman menjawab dengan santai.
"Nomor satu? Hahaha. Sayang, katanya dia tinggal di vila nomor satu."
Mendengar hal tersebut, Thalia langsung tertawa, seakan-akan dia baru saja mendengar lelucon yang paling lucu.
"Hehehe!"
Chris, yang berdiri di samping, juga tersenyum sinis.
Belum lagi berbicara tentang kelas Vila Widuri. Bahkan, Chris sendiri hanya bisa membeli vila di lereng gunung.
Pemilik vila nomor satu adalah Hadi.
"Arman, kamu benar-benar berani mengatakannya? Vila nomor satu. Tahukah kamu siapa pemilik vila nomor satu?"
Thalia makin mengolok-olok Arman.
"Bukankah sudah kubilang kalau aku pemiliknya?"
Arman menjawab Thalia dengan nada datar dan tanpa emosi, seperti sedang membeberkan fakta.
"Arman, aku benar-benar muak padamu. Kamu nggak ngaca! Apa kamu mampu tinggal di vila nomor satu?"
Thalia benar-benar kesal pada Arman.
Apa Arman menganggap mereka bodoh?
"Mau mampu atau nggak, apa hubungannya denganmu?"
Arman tetap terlihat tenang.
"Kamu!"
Thalia begitu marah, hingga memutuskan untuk tidak lagi menahan diri. Dia langsung mengungkapkan kebenarannya kepada Arman. "Aku akan memberitahumu. Pemilik vila nomor satu adalah Hadi! Dia adalah orang terkaya di dunia, Hadi!"
"Oh ya, aku juga harus memberitahumu satu hal. Tiga hari lagi, aku akan menikah dengan Tuan Muda Chris. Tolong jangan lagi seperti plester yang menempel padaku. Kamu sudah nggak punya kesempatan lagi!"
"Kamu akan menikah? Selamat ya."
Arman hanya tersenyum tipis saat mendengar kata-kata tersebut.
Thalia tampak terkejut.
Dia tidak mengira jika Arman akan bersikap seperti ini.
Hal tersebut membuatnya merasa seperti melakukan hal yang sia-sia.
Makin Arman bersikap seperti ini, makin Thalia merasa marah di dalam hati.
Hal tersebut karena yang ingin dilihat Thalia adalah ekspresi marah dan malu di wajah Arman, setelah mengetahui bahwa Thalia akan menikah dengan Chris. Bukan sikap yang begitu tenang seperti sekarang ini!