Verian tampak bingung saat dia memandanginya.
“Kau sudah gila?”
Heaton menggendongnya ke tempat tidur dengan kedua kakinya menjulur ke samping. Heaton mengambil selembar tisu dan mulai menyeka kaki kecil kurus putihnya.
Telapak kakinya sedikit kotor. Verian tiba-tiba mencubit wajah Heaton.
Heaton tidak mengernyit sedikitpun saat dia menengok ke arah wanita itu. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan Verian yang seperti ini.
Kapanpun dia merasa tidak yakin, dia akan mencubit wajah Heaton dan ini bukan kali pertama dia melakukannya.
Hati Verian terasa penuh saat dia merasakan kulit Heaton. Kemudian dia bersandar dan memeluk Heaton dengan erat.
Akhirnya dia tidak bisa menahan lagi tangisnya. “Aku kira kau mati terbakar saat menyelamatkanku… Heaton… aku sangat ketakutan tadi…”
Heaton memeluknya erat dan menepuk punggungnya dengan tangannya yang besar. Dia sedikit mendesah dan berkata, “Aku sudah bilang padamu kalau aku tidak akan pergi mendahuluimu…”
Begitu air mata Verian mulai menga