Bab 1
"Fina, keluarlah dari pegunungan, jaga dirimu baik-baik."
"Fina, kamu nggak perlu menyimpan semua beasiswa untuk SD Harapan. Kamu akan kuliah di ibu kota. Ibu kota nggak sama dengan desa kita, kudengar biaya sekolah, makan, dan tinggal di sana mahal sekali."
Di desa pegunungan terpencil, para penduduk yang polos sedang mengantarkan seorang gadis cantik.
Gadis itu mengenakan pakaian sederhana khas anak kurang mampu, kaus putih dengan celana jeans yang terlihat pucat.
Rambut panjangnya diikat tinggi menjadi kucir kuda, matanya besar, hidungnya mancung, wajah mungilnya sedikit tembam, terlihat lembut, cantik, dan menggemaskan.
Rafina membawa tas besar dan berbagai barang bawaan, lalu naik ke bus yang menuju kota. Dia duduk di dekat jendela, melambaikan tangan ke semua orang, tersenyum ceria.
"Semuanya, cepatlah pulang. Jangan lupa bantu aku sampaikan ke kepala sekolah lama supaya sekolah tetap bertahan. Anak-anak nggak boleh putus sekolah. Saat aku mulai kerja dan punya uang, aku akan kirimkan ke sekolah."
Rafina, yang tumbuh besar di pegunungan, diterima di sebuah universitas di ibu kota dan akhirnya meninggalkan desa.
Pada saat ini, masih terlalu awal untuk memulai kuliah, Rafina ingin segera pergi ke ibu kota untuk bertemu dengan Kakek Thomas yang telah memberikan dukungan kepadanya selama bertahun-tahun dalam pendidikannya.
Sekalian menikah dengan cucu Kakek Thomas yang tidak berguna itu …
Untuk menghemat uang, Rafina naik kereta dengan bangku keras selama tiga hari dua malam sampai di ibu kota.
Di tempat yang telah dijanjikan, dia bertemu Kakek Thomas yang mengenakan setelan pakaian tradisional, tampak sama seperti yang dia bayangkan, ramah dan baik hati.
Kakek Thomas tersenyum lebar dan bertanya, "Fina, kamu benar-benar setuju menikah dengan cucuku yang nggak berguna itu?"
Rafina tanpa ragu menepuk dadanya dengan tegas dan berkata, "Benar!"
Rafina telah mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh, sekecil apa pun bantuan harus dibalas dengan penuh kebaikan.
Kakek Thomas sudah puluhan tahun mendanai anak-anak di pegunungan bersekolah, dan dia adalah salah satunya. Budi sebesar ini pasti harus dia balas.
Kakek Thomas selalu bilang cucunya adalah orang yang tidak berguna, sudah umur 28 tahun tapi belum menikah, sangat menyedihkan.
Dia merasa harus membantu Kakek Thomas.
Lagi pula, di desanya banyak orang yang menikah lewat perjodohan tanpa saling mengenal terlebih dulu.
Bagi Rafina, menikah dengan orang yang tidak dikenal juga wajar.
Makin lama Kakek Thomas memperhatikan anak ini, dia merasa makin puas. Bertahun-tahun menyokong dana bagi desa itu, dia bisa melihat Rafina tumbuh besar menjadi gadis yang baik hati, jujur, pintar, dan cantik. Maka, dia langsung membuat keputusan, "Kalau Fina setuju, lebih cepat lebih baik, hari ini kita urus surat nikah saja!"
"Ah, hari ini?"
"Betul, hari ini."
Setelah susah payah membujuk dan mengancam cucunya agar mau menikah, supaya menghindari hal makin rumit, sebaiknya urus surat nikah sekarang juga!
Tiga puluh menit kemudian, di depan kantor urusan sipil.
Rafina bertemu dengan cucu Kakek Thomas yang disebut sebagai orang tidak berguna, Samuel.
Rafina sedikit terkejut. Orang yang tidak berguna seharusnya seperti pembuat onar di desanya, yang tidak bisa bertani ataupun beternak, bukan?
Tapi kenapa orang ini ... Uh ... kelihatannya aneh tapi tampan?
Di desa sekitar belum pernah dia lihat lelaki setampan ini, rambutnya bahkan seolah-olah memancarkan cahaya. Hanya saja wajahnya agak tidak ramah.
Rafina tersenyum sopan kepada Samuel.
Samuel dengan aura dingin yang menghalangi orang asing, memandang Rafina dengan tatapan penuh ketidaksukaan. Menurutnya, wanita ini cukup lihai, berhasil membuat Kakek memaksanya menikah.
Di bawah desakan Kakek Thomas, mereka berdua berjalan ke kantor catatan sipil.
Petugas di sana bisa merasakan ketidaksabaran Samuel, tak bisa menahan diri bertanya, "Kalian berdua yakin ingin menikah?"
Tatapan dingin Samuel mengarah ke petugas.
Petugas kaget karena ditatap seperti itu.
"Plak." Stempel pun ditancapkan.
Stempel itu menempel di dua buku nikah yang merah merona.