Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 12

Waktu berlalu begitu cepat dan dalam sekejap mata, malam sebelum pesta pernikahan pun tiba. Ayah mertuaku tidak terlihat beberapa hari terakhir, tetapi aku tidak tahu apa yang sedang dia kerjakan. Hanya ibu mertuaku yang terlihat sibuk mengurus segala persiapan, tetapi beliau tampak menikmatinya. Namun, makin dekat hari pernikahan, makin terasa juga kegugupan yang aku rasakan. Meskipun sudah dua tahun menikah dengan Ethan tanpa adanya pesta pernikahan, perasaan bersemangat ini tidak berbeda dengan saat kami mengurus surat nikah di Kantor Catatan Sipil dulu. Untungnya, sahabatku , Charlotte Harver, baru saja kembali dari perjalanan dinas. Jadi, kehadirannya sedikit meredakan kegugupanku. Sambil bercanda, Charlotte berkata, "Kamu ini memang terlalu sabar. Avery sudah sangat keterlaluan, tapi kamu masih saja bertahan." Aku hanya bisa terdiam. Saat mendengar ceritaku tentang kejadian beberapa hari terakhir, Charlotte langsung marah besar. Dia pun terlihat seolah siap untuk bertindak membelaku kapan saja. "Sudahlah, sekarang Ethan sudah nggak ada hubungan apa-apa sama dia," ucapku mencoba menenangkannya. Charlotte menyeringai sinis, lalu menatapku dengan pandangan kecewa. "Penilaianmu tentang situasi ini masih dangkal sekali. Aku bisa jamin kalau Avery nggak akan menyerah begitu saja. Kalau nggak percaya, kamu bisa pukul kepalaku." "Apa yang sala?" tanyaku bingung. "Apa maksudmu Avery itu tipe orang yang suka memanfaatkan orang lain?" Aku sudah sering mendengar Charlotte memberiku banyak 'nasihat' seperti ini, tetapi Avery jelas tidak sesuai dengan gambaran yang diberikan Charlotte. "Dia jauh lebih licik dari yang kamu kira," ujar Charlotte sambil mendengkus. "Tipe orang seperti dia sangat sulit dihadapi. Bahkan pria-pria pun nggak bisa menghadapinya." Aku hanya diam mendengar penjelasan Charlotte. "Kamu juga, kenapa dulu bisa tertipu sama Ethan? Dari penampilannya saja sudah jelas kalau dia itu mata keranjang dan nggak ada apa-apanya dibandingkan Jayden." Aku hanya bisa tersenyum tipis, lalu berkata, "Kalau kamu suka Kak Jayden, kenapa nggak kamu saja yang mengejarnya?" "Dia 'kan menyukaimu, untuk apa aku mengejarnya?" Aku tertegun mendengar kata-kata Charlotte ini. "Jangan bicara sembarangan!" Charlotte memutar matanya, lalu berkata, "Cuma kamu yang nggak sadar kalau Jayden menyukaimu. Buktinya, saat kamu menikah dengan Ethan, dia malah langsung masuk ke militer." Aku hanya bisa menghela napas dengan pasrah seraya berkata, "Jangan semuanya dikaitkan denganku! Kak Jayden itu orangnya jujur dan keluarganya juga berasal dari lingkungan militer, jadi wajar saja kalau dia memilih karier di militer." Charlotte melambaikan tangannya dan akhirnya menyerah. "Sudahlah, percuma menjelaskan semuanya pada orang yang nggak mengerti cinta seperti kamu! Pokoknya, sekarang kamu 'kan sudah hamil anak Ethan, jadi ya sudahlah, jalani saja hidupmu dengan baik bersama dia." Sambil mengelus perutku, dia berkata, "Setelah pesta selesai, langsung saja periksa ke dokter bersama Ethan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, jangan sampai Avery bikin masalah lagi." "Ya, aku tahu." Saat aku dan Charlotte sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Kemudian, Ethan mendorong pintu dan masuk. "Apa aku mengganggu kalian?" tanya Ethan sambil tersenyum. Ketampanannya yang memukau dan senyumnya yang hangat membuat suasana terasa begitu menyenangkan. "Nggak sama sekali!" sahut Charlotte sambil melambai-lambaikan tangannya. "Ethan, tolong jaga Emily baik-baik, ya! Jangan sampai ada yang menyakitinya!" Mendengar ucapan Charlotte, aku merasa seperti ingin tertawa sekaligus menangis. "Charlotte ... " Ethan yang sudah terbiasa dengan tingkah Charlotte hanya bisa tersenyum simpul. "Tenang saja. Selama aku ada di sisinya, nggak akan ada yang bisa menyakitinya." Aku pun hanya bisa menatap mereka berdua dengan pasrah, lalu bertanya pada Ethan, "Kenapa kamu datang ke sini? Apa ada hal yang penting?" "Makan malam sudah siap. Ayo kita makan bersama," jawab Ethan. Charlotte langsung menggenggam lenganku, kemudian berkata, "Sudah lama sekali aku nggak makan di rumah kalian. Sepertinya hari ini aku benar-benar beruntung." "Kalau begitu, makanlah sepuasnya," ujarku sambil tersenyum bahagia. Aku dan Charlotte pun berjalan keluar sambil bercanda dan tertawa. Saat kami melewati Ethan, kami melihat ponselnya tiba-tiba bergetar. Aku dan Charlotte tanpa sadar menatapnya dan melihatnya menutup telepon dengan dahi yang berkerut. "Telepon dari siapa?" tanya Charlotte. "Nggak tahu, sepertinya salah sambung." "Oh ... " Charlotte menarik ujung kalimatnya dan tersenyum penuh makna sambil mengangkat alisnya. Sebaliknya, Ethan tampak tenang dan kembali berkata, "Ayo, kita turun untuk makan!" Karena besok adalah hari pernikahan dan masih banyak persiapan yang harus diselesaikan, Charlotte pun pamit setelah makan malam. Sebelum pergi, dia memberiku beberapa pesan tambahan dan terlihat agak khawatir. Sepanjang sore, aku dan Ethan pun sibuk dengan persiapan pesta pernikahan kami. Namun, aku memperhatikan Ethan tampak gelisah dan sesekali melirik ponselnya. Karena teringat pesan Charlotte sebelumnya, aku pun bertanya, "Ada apa? Apa ada masalah?" "Nggak ada apa-apa. Cuma ada sedikit masalah di perusahaan, tapi Ben sudah pergi mengurusnya," ujar Ethan berusaha meyakinkanku. Barulah pada saat itu aku menyadari bahwa aku belum melihat Ben sejak tadi. Ternyata dia sedang sibuk dengan urusan perusahaan. Tiba-tiba, ponsel Ethan berdering dan ketika aku melihat siapa yang menelepon, ternyata Ben. "Emily, kamu bisa istirahat dulu. Aku mau angkat telepon ini," kata Ethan. Aku pun mengangguk seraya berkata, "Oke, aku mengerti." Aku pun melihat Ethan berjalan menuju gazebo sebelum mengangkat telepon tersebut. Aku tidak tahu apa yang Ben katakan pada Ethan, tetapi terlihat jelas dari kerutan di dahinya bahwa dia merasa cemas dan marah. Bahkan dari kejauhan, aku bisa merasakan kegelisahan yang terpancar darinya. Aku pun mengerutkan bibirku dan menduga-duga apakah Avery kembali membuat masalah ... Tepat ketika aku hendak pergi dan mencari tahu lebih lanjut, Ethan sudah menutup telepon dan berjalan cepat ke arahku. "Sudah selesai?" tanyaku. "Sudah, sudah kubilang ini cuma masalah sepele, jadi jangan khawatir. Ben sudah mengurusnya." Aku pun menghela napas lega dan bersyukur bukan Avery yang menjadi penyebab masalah kali ini. Tak lama kemudian, hari pernikahan pun tiba. Sejak pagi buta, aku sudah dibangunkan oleh sekelompok penata rias. Setelah beberapa hari persiapan pernikahan yang melelahkan, ditambah kondisi tubuh yang sedang hamil, aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Aku hampir saja tertidur di tengah proses rias. Pernikahan digelar di sebuah hotel mewah di Emberton dan dihadiri oleh banyak tamu penting. Saat sedang dirias, Charlotte menyuruhku makan kacang agar aku tetap bertenaga selama prosesi pernikahan yang panjang. "Omong-omong, aku sudah ada di sini sejak tadi, tapi kenapa belum bertemu dengan mempelai pria, ya?" tanya Charlotte. Sebelum aku sempat menjawab, salah seorang penata rias tersenyum dan berkata, "Sebelum pernikahan, ada tradisi di mana mempelai pria dan wanita nggak boleh bertemu." Charlotte mengerutkan bibirnya. "Tradisi macam apa itu? Aku belum pernah mendengarnya." Sambil mengedipkan mata nakal padaku, Charlotte melanjutkan, "Kalau pengantinnya nggak boleh bertemu, aku sebagai pengiring pengantin boleh, 'kan?" Namun, aku langsung menarik lengan Charlotte dan berkata, "Sudahlah, Ethan pasti lagi sibuk sekarang. Jangan ganggu dia." "Ck, pernikahan saja belum dimulai, kamu sudah tahu cara melindungi suamimu!" sindir Charlotte dengan ketus. Wajahku yang tadinya cerah pun langsung memerah karena malu. "Hush! Diam!" Charlotte pun hanya bisa tersenyum padaku, lalu berkata, "Tenang saja, aku cuma lihat-lihat sebentar kok, nggak akan ganggu suamimu." Setelah itu, Charlotte langsung berlari keluar ruangan. Beberapa saat kemudian, dia kembali dengan wajah muram. "Ada apa?" tanyaku dengan bingung. Alis Charlotte mengerut dan dia pun berkata, "Ethan nggak ada di sana." Seketika itu juga, senyumku langsung hilang. "Ethan nggak ada di sana? Apa maksudmu?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.