Bab 74
"Pak Xander, mari kita bantu Nona Shania."
Saat sekat pemisah dibuka, Leo berbicara dengan nada mendesak, tanpa ragu akan kemungkinan dimarahi.
Jeffry tidak seberani Leo, tetapi dia tetap mengangguk setuju.
Lagi pula, tidak pantas membiarkan Shania duduk sendirian di sana dan menjadi tontonan banyak orang.
Xander menatap mereka berdua dengan ekspresi datar. "Kalau mau membantu, silakan. Jangan bicara seolah aku ini penjahat."
Itu berarti dia setuju.
Leo segera memutar arah mobil.
Sebelum Leo sempat mengarahkan mobilnya ke arah Shania, sebuah BMW putih sudah lebih dulu melaju dan berhenti di dekatnya.
Dari dalam mobil itu, turun seorang wanita mengenakan setelan kerja berwarna merah anggur. Paduan celana panjang jas dengan kemeja hitam memberikan kesan sederhana namun tetap berwibawa dan keren.
Dia melangkah dengan cepat menuju Shania, ekspresinya penuh kekhawatiran. "Kenapa pulang pakai kursi roda? Apa Jevan sudah gila sampai mau mematahkan kakimu agar kamu nggak bisa kabur?"
"Jangan b

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda