Bab 21
Shania tersadar dari kebingungannya.
Shania menoleh ke samping. Dia melihat Xander duduk di samping ranjang pasien.
Kemeja pria itu kusut, lengan bajunya digulung, dan tiga kancing lehernya terbuka, penampilannya terlihat seperti baru saja lari maraton.
"Pak Xander."
Saat memanggil namanya, suara Shania sengau dan serak.
"Apa kamu masih ingat dengan kejadian tadi?" tanya Xander.
"Ingat."
Shania menunjukkan senyuman getir.
Shania masih ingat dari kejadian dia diserang sampai diselamatkan Xander. Meskipun Shania linglung saat itu, dia masih sadar.
"Terima kasih! Terima kasih banyak!" Andai Xander tidak menolongnya, mungkin dia tidak akan selamat.
Xander menatap Shania cukup lama, kemudian bertanya, "Aku punya satu kabar baik dan satu kabar buruk, kamu mau dengar yang mana?"
"Aku mau dengar keduanya."
"Kabar baiknya, tindakan pemerkosaan berhasil digagalkan. Mereka juga nggak sempat menyuntikkan obat ke tubuhmu, sedangkan obat yang disuntik pada saat di koridor adalah obat bius, nggak mem

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda