Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Pelabuhan TerakhirPelabuhan Terakhir
Oleh: Webfic

Bab 11

"Kamu menyuruh Bu Shania menjadi sekretaris? Kamu sudah gila, ya!" Tidak lama setelah itu, ada yang menentang. "Bu Shania multitalenta, muda, cantik, dan punya banyak prestasi, mana mungkin nggak ada bos perusahaan yang nggak mau mempekerjakannya? Kalau ada yang tahu Bu Shania mengundurkan diri, dia sudah menjadi incaran banyak perusahaan." Shania hanya tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa. mereka meremehkan kepekaan perusahaan-perusahaan itu. Sebenarnya, sekitar 10 hari yang lalu, sudah ada yang menghubungi Shania dan menanyakan rencana kariernya ke depan. Padahal Shania belum memberi tahu kabar pengunduran dirinya dari Grup Mahesa kepada siapa pun. Mereka masih membahas topik yang sama. "Jangan berpikir sempit, apa salahnya menjadi sekretaris? Apalagi ini adalah sekretaris utama untuk Pak Xander! Kalau dia punya koneksi dengan bos besar di Kota Awani, dia akan memiliki karier yang cemerlang." "Aku punya kenalan seorang sekretaris utama di perusahaan luar negeri yang memiliki kemampuan luar biasa. Beberapa tahun kemudian, dia dipromosikan menjadi wakil presdir dan menjadi istri presdir." "Hehe, kalau begitu, aku juga mau melamar pekerjaan di sana." "Apa kamu pernah melihat wajah Pak Xander? Kalian pernah bertemu? Tampan, nggak?" "Belum pernah. Dari keempat anak Keluarga Candrika, hanya putri sulung mereka yang pernah muncul di publik, sedangkan yang ketiga lainnya masih misterius." ... Obrolan mereka makin lama makin melenceng. Saat mendengar obrolan mereka, Shania tidak tahu harus bagaimana. Harapan mereka terhadap cinta sangat besar, sedangkan Shania justru ingin menjauh dari namanya cinta setelah merasakan pahitnya dikhianati. Shania tidak mau jatuh cinta lagi. Namun, dalam hal karier ... Shania masih bisa mempertimbangkannya. Sebenarnya, Shania ingin memulai usaha sendiri, tetapi dia menyadari bahwa koneksinya kenal dengan Jevan. Setelah bercerai dengan Jevan, siapa yang mau membantu usahanya? Dia memang perlu menambah pengalamannya lagi. ... Malam itu, Shania mencari informasi tentang Grup Junakara dan Pak Xander yang misterius dari seorang sosialita yang sering bergaul di kalangan keluarga kaya dan berpengaruh. Terdengar tawa santai dari ujung telepon. "Kamu mencari informasi tentang pria lain, nggak takut Pak Jevan cemburu?" "Aku nggak peduli." "Hei, kalian berdua ... benar-benar sudah bercerai?" tanya Wulan dengan penasaran. "Saat ini masih belum." Shania berbicara dengan halus, tetapi Wulan langsung mengerti. Wulan berkata sambil menghela napas panjang, "Sepertinya, semua rumor yang kudengar itu benar. Padahal kalian sudah bersama 8 tahun. Jevan memang benar-benar berengsek!" Wulan orangnya jujur, sedangkan Shania pura-pura terlihat lemah di saat yang tepat. "Oleh karena itu, aku harus merencanakan hidupku. Katanya, Pak Xander sedang mencari sekretaris. Aku mau melamar." "Beri tahu aku dulu, kamu mengincar Pak Xander atau mengincar uang?" "Aku lebih memilih kekayaan dalam hidupku." "Hahaha ... " Wulan berkata dengan tertawa, "Serahkan masalah itu kepadaku. Aku pasti bisa mempertemukanmu dengan bos yang bisa memberimu kekayaan." "Terima kasih." "Tunggulah kabar baik dariku." Setelah telepon ditutup, Shania duduk di depan laptop. Data yang Shania temukan masih sedikit. "Xander Candrika ... " ucap Shania membaca nama pria itu. Di dalam hati, Shania memutuskan untuk memahami kepribadian dan kebiasaan Pak Xander lebih dulu. Saat sedang berpikir, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka. Jevan masuk ke dalam. Shania langsung menutup laptopnya. Shania dan Jevan memiliki ruang kerja masing-masing. Dulu saat mereka saling mencintai, mereka tidak pernah terpisahkan satu sama lain. Namun, seiring waktu, hubungan mereka berubah menjadi bos dan bawahan yang sebenarnya. Setelah jam kerja berakhir, mereka pulang masing-masing tanpa saling mengganggu. "Ada apa?" Shania mengangkat kepala. "Kalau nggak ada perlu, aku nggak boleh masuk?" "Boleh, tentu saja boleh." Lalu, Shania berpikir dalam hati, "Setelah aku pergi, kamu boleh masuk kapan saja." Jevan menatap laptopnya dengan curiga. Saat dia masuk, Shania langsung menutup laptopnya. Ini jelas menunjukkan bahwa Shania sedang merahasiakan sesuatu. Jevan duduk di kursi sambil berkata, "Ada yang mau kusampaikan kepadamu." Shania berkata, "Katakan." Jevan terdiam sejenak, kemudian berkata, "Qiara ingin masuk ke departemen proyekmu." Shania sudah menduga bahwa sikapnya yang terlalu sopan, pasti ada udang di balik batu, tetapi pria itu masih tetap mengatakannya. Ekspresi Sania berubah dingin. "Ada banyak departemen di perusahaan, kenapa dia ingin masuk ke departemen proyek yang nggak seru?" Jevan tampak tidak senang. "Kenapa kamu bilang departemen itu nggak seru? Dia punya keinginan memberikan kontribusi, sepatutnya kita hargai." Shania ingin sekali meluapkan emosi. "Kamu boleh masukkan dia ke departemen mana pun, tapi aku nggak setuju dia masuk departemen proyek." "Bicaralah yang masuk akal. Kamu sudah berhenti! Kamu bukan lagi pegawai Grup Mahesa! Departemen proyek juga bukan milikmu." " ... " Shania merasa seperti tenggorokannya tercekik. Benar, Grup Mahesa adalah milik Jevan. Shania tidak berhak menyatakan tidak setuju. Apa haknya Shania melarang Jevan memasukkan Qiara ke departemen proyek. Jika Jevan ingin memberikan hasil jerih payahnya untuk menyenangkan selingkuhannya, Shania juga tidak bisa berbuat apa-apa. Saat melihat Shania, Jevan menahan emosinya. "Jangan berpikiran buruk tentangnya. Aku janji dia nggak akan membuat masalah di sana. Aku akan mengawasinya." "Terserah kamu." Shania menjawab dengan suara pelan. Shania sudah lelah, dia tidak mau ikut campur lagi. Jevan menunjukkan kegelisahan di matanya. "Aku memberitahumu agar kamu nggak marah. Aku tahu kamu nggak suka Qiara, tapi kamu juga harus mempertimbangkan kesulitanku. Perusahaan kita masih ada hubungan kerja sama dengan Keluarga Gustama, bagaimana mungkin aku merusaknya karena mementingkan perasaanmu?" Shania terkejut oleh argumen yang sangat tidak masuk akal ini. Apa yang dia lakukan salah? Gadis itu sudah merebut suami dan karier Shania, sekarang Jevan masih meminta Shania menghormati gadis itu. "Ha ... " Ketika seseorang sangat marah, ternyata rasanya ingin tertawa, dan ada perasaan yang tidak nyaman di tenggorokan. ... Tiga hari kemudian, Shania pergi ke Grup Mahesa untuk mengurus serah terima pekerjaan. Qiara mengenakan pakaian bermerek, dia masuk ke ruangan kantor Shania dengan ekspresi seorang pemenang. Dia juga membuang semua dekorasi meja dan kursi di dalamnya, bahkan piala yang dipajang di dinding oleh Shania dibuang ke tempat sampah. Seluruh pegawai di departemen proyek bakal gila. Semua orang terus menebak siapa yang akan menggantikan Shania sebagai kepala departemen proyek. Tidak perlu mencari yang lebih kuat, tetapi jangan juga mencari orang bodoh. Menurut orang-orang di ruang sekretaris, Qiara bahkan tidak tahu cara menggunakan mesin fotokopi, setiap hari hanya makan camilan dan main game. Dia mengunduh game secara sembarangan di komputernya hingga terkena virus, lalu dengan kasar pergi ke ruang sekretaris untuk merebut komputer mereka, dan akhirnya menghapus file penting dari komputer seorang sekretaris. Yang membuat bingung adalah presdir malah memecat sekretaris yang posisinya sebagai korban. Tidak bisa dibayangkan kalau Qiara bekerja di departemen proyek. Di ruangan kantor, Shania melakukan serah terima dengan ekspresi biasa saja. Hanya saja, ketika Shania mengambil beberapa dokumen penting, Nona Qiara mulai bicara dengan penuh semangat. "Shania, bagaimana perasaanmu?" tanya Qiara sambil duduk di kursi dengan arogan. "Kamu sudah kehilangan suami dan pekerjaan. Departemen yang sudah kamu kembangkan bertahun-tahun, aku bisa merebutnya dalam sekejap. Apa kamu tahu alasannya? Karena kita berdua berbeda. Aku adalah wanita terhormat, sedangkan kamu bukan. Aku punya orang yang melindungiku, sedangkan kamu nggak punya. Di lingkungan pergaulan kita, Aku banyak bertemu dengan wanita cantik dan miskin sepertimu, yang hanya dipermainkan pria untuk melampiaskan nafsunya. Heh, kamu masih berharap bisa menjadi menantu Keluarga Senjaya? Kamu benar-benar nggak tahu diri."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.