Bab 5
"Nggak mau."
Aku langsung menolak permintaan Sean itu.
Dengan tenang, Sean mengambil rokok dari bibirnya dan mematikannya di asbak.
Setelah itu, dia mencengkeram daguku dan memaksaku untuk menatapnya.
"Vica, maksudmu apa? Kamu main-main sama aku?"
Rahang Sean mengeras saat berbicara. Mungkin dia belum pernah dipermainkan perempuan seperti ini. Akulah yang pertama baginya.
Aku tersenyum dan membalas tatapan Sean. "Om, siapa yang main-main? Kita melakukannya tadi karena suka sama suka. Nggak ada yang dirugikan."
Aku sudah gila kalau ingin berpacaran dengan Sean.
Dia bukan Oliver, sulit dibohongi, apalagi dihadapi.
Aku hanya ingin mencicipinya saja, tidak memiliki.
Jujur saja, dia pria yang menarik.
Selain tampan, dia juga hebat.
Setelah menolak Sean barusan, aku langsung meninggalkan rumah keluarga Ford.
Tanpa perlu menoleh, aku sudah bisa membayangkan betapa muramnya ekspresi Sean sekarang.
Setelah pergi dari rumah keluarga Ford, aku tidak bertemu Sean lagi.
Suatu hari, sahabatku, Zenit
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda