Aku Membencimu, Christopher
Christopher di hadapannya tidak bisa dikenalinya lagi.
“Aku sudah melihat tubuhmu, Liora. Berhenti terlihat memuakkan, sedangkan kau sudah pernah bercinta dengan tunanganmu, bukan?” Ia meraih dagu Liora, membuat perempuan itu berusaha melepaskannya dengan membuang pandangan.
Tapi, pria itu enggan dan memilih menjepitnya, tidak peduli jika Liora merintih kesakitan.
“Apa urusanmu, ha?!”
“Itu tidak akan menjadi masalah ketika pria yang bercinta denganku adalah tunanganku sendiri. Kau tampak bodoh mengatakan hal biasa seperti itu!”
Christopher tersenyum miring, “Benar. Tampaknya pertanyaanku begitu bodoh.”
Liora mendengkus. “Kau telah mengkhianati istrimu sendiri. Seharusnya kau layak dibuang untuk perempuan sebaik Gabriella Benedict!”
Alis Christopher terangkat sebelah, “Sekarang, siapa yang lebih tau mengenai diriku? Dimulai kau yang paham kehidupan baruku, terutama ketika kau tau aku sangat mencintai istriku?”
Ada pukulan telak dalam diri Liora. Ia cukup merasakan sayatan kecil mengenai ulu hatinya mendengar pertanyaan terakhir yang diucapkan Christopher.
“Pergi dari sini! Aku ingin membersihkan diri!”
Matanya memanas mendengar ucapan tersebut. Ia ingin memutuskan pandangan dari sikap berengsek Christopher yang kembali menorehkan luka dalam hatinya.
“Seharusnya kau sadar jika telah mengkhianati tunanganmu itu, Liora,” ucapnya membuat bibir Liora bungkam.
Perasaan sedih hinggap dalam dirinya. Ia sangat merasa bersalah pada tunangannya yang sangat mencintainya, mampu memberikan banyak hal yang tidak pernah Liora dapatkan dari pria lain. Kenyamanan di saat seorang pria menghargai keberadaan perempuan di sisinya.
Christopher melihat wajah pucat dan sendu dari Liora.
“Gaunmu sudah aku siapkan di dalam walk in closet.”
Ia meraih dagu Liora dan mengecup singkat bibir ramun itu dan tidak memedulikan bagaimana tatapan tajam Liora ditujukan padanya.
**
Kedua pipi Liora memerah. Ia mencengkeram kuat pembatas di mana sekarang dirinya bisa memandang penuh dari Burj Al Arab di hadapannya. Unit di Jumeirah Al Naseem ini sangat stragetis dan berada di area pinggir pantai.
Sayangnya, rasa kagum pada tempat ini harus ia pupuskan menjadi tempat mengerikan. Bahkan, ia tidak menemukan telepon di sini. Ponselnya pun entah berada di mana. Ia tidak diberikan akses untuk menelepon keluarganya. Pria itu mengatakan kebenarannya.
Semalam percintaan mereka terulang lagi setelah sekian lama Liora tidak bertemu Christopher. Gairah dirinya kembali memuncak, meracau dan menggoreskan cakarannya di bagian tubuh pria itu ketika mendapati hentakan kuat. Ia lebur bersama pria itu yang cerdiknya tidak mengeluarkan di dalam.
“Kau memang bodoh, Liora! Kau layaknya perempuan murahan yang hanya berkata di bibir, tapi tidak dengan respons tubuhmu.”
Christopher tidak memberikan Liora kesempatan untuk merangsang pria itu. Christopher menguasai dirinya, memuja dirinya tanpa bisa perempuan itu balas lebih. Hasrat Liora dipermainkan Christopher.
Suara ketukan di pintu membuat Liora berbalik. Ia terkesiap mendapati seorang pelayan muda perempuan sedikit menunduk hormat.
“Tuan Christopher sudah menunggu Anda di meja makan Nona,” ucapnya segera berlalu.
Liora mendengkus. “Dia tidak pernah berubah untuk setiap keangkuhannya. Bahkan, dia pun tidak memintaku secara langsung untuk makan bersamanya? Sombong sekali,” lanjutnya berdecih dan berlalu menuju ruang makan.
Perutnya sudah meronta untuk terisi.
Di sana, perlahan langkah Liora melambat saat Christopher sudah duduk di kursi ujung, menatap dirinya dengan pandangan dingin. Liora kembali kehilangan rasa percaya dirinya dan tidak mendapati kursi lain, kecuali berhadapan dengan Chritopher yang berjarak. Saling berada di ujung meja.
“Duduklah,” cetusnya meraih gelas berkaki tinggi dan menyesap minumannya.
Liora masih terpaku, belum berani duduk karena posisi pandangannya akan sering tertuju pada Christopher. “Apa tubuh bagian bawahmu sakit sampai kau enggan duduk di kursi? Jika kau ingin kembali ke kamar, artinya kau harus mampu memuaskanku kembali.”
Seringai Christopher hadir bersama umpatan Liora. “Cukup satu kali aku jatuh ke dalam jebakanmu,” ketusnya mengambil duduk.
Bahu Christopher mengedik. “Itu hanya ucapan yang tidak ada artinya,” balasnya membuat Liora mengumpat pelan.
Tidak berapa lama keduanya dilayani oleh pelayan yang berbeda. Liora yang enggan menatap ke menu di hadapannya, hanya meminta para pelayan untuk memberikan menu yang nikmat di piring miliknya.
Interior berwarna emas dan sangat mewah ini tidaklah menjadi kenyamanan pandangan Liora. Ia justru merasa semakin tidak nyaman saat sudut matanya mendapati Christopher tidak henti memandangnya.
“Setelah ini kau hanya bisa menikmati keindahan area ini sebatas di kamar. Kau tidak akan bisa keluar ke mana pun dari sini karena mereka hanya akan menuruti perintahku.”
Liora mendongak, memberikan sorot tajam. “Sampai kapan kau akan melepaskanku?”
“Kau hanya perlu menikmati hidup barumu bersamaku.”
Perempuan itu mendengkus dan tidak sadar telah mengenggam erat gagang garpu dan sendoknya. “Aku hanya akan tersiksa jika bersamamu.”
“Lalu, apa yang kudengar semalam? Kau melenguh ... Memanggil namaku dan memintaku memasukimu dengan gerakan yang menggila.”
Rahang perempuan itu mengetat bersama wajahnya ia alihkan ke arah lain. Tubuh bagian bawahnya berkedut. Ia kembali mengumpati dirinya ketika sentuhan tangannya masih bisa merasakan tubuh liat Christopher yang semakin memesona. Pria itu begitu panas di saat usia dewasanya sekarang.
Pria yang sudah menginjak usia dua puluh lima tahun setelah perpisahan mereka semasa di sekolah menengah atas.
“Aku telah melupakan malam sialan itu,” ucapnya menahan emosi, tidak ingin menatap manik biru yang memandangnya lurus.
Ia merasa hambar untuk menikmati makanan lezat di depannya.
“Kau yakin? Bukankah kita tengah mengulang segalanya? Apa aku harus memberitahumu jika akulah pria pertama yang merenggut keperawananmu?”
Wajah Liora memerah dan ia tidak bisa lagi menutupi rasa malu dan bencinya pada Christopher. Tatapannya menusuk manik biru di hadapannya. “Seharusnya kau bisa sadar, jika apa yang kau lakukan semalam adalah kesalahan terbesarmu juga. Kau telah mengkhianati istrimu dengan memanfaatkan kebodohanku,” cetusnya tidak peduli lagi ketika Liora merendahkan dirinya juga di hadapan pria itu.
“Tubuhmu jauh lebih nikmat di bandingkannya.”
Ucapan itu membuat Liora mengatupkan rapat bibirnya. Sepersekian detik gelenyar dalam dirinya kembali terasa saat ia terpaku pada sorot manik biru yang menatapnya dingin.
“Aku tidak ingin makan bersama pria sepertimu,” ketusnya beranjak dan hampir melempar kedua benda makannya.
Ia berbalik menuju kamar, tempat di mana dirinya hanya bisa menghindari Christopher. Perempuan itu mengunci pintu kamar, terduduk di pinggir ranjang. Kedua tangannya menutup wajahnya, merasakan kepedihan yang dirinya rasakan sejak semalam.
“Ivander ...”
“Mama ... Papa ...”
Liora menyebut nama tunangannya sekaligus calon suami dan orangtuanya. Demi Tuhan, Liora akan menikah sebentar lagi dan ia rasa, semua rencana pria itu sudah berjalan mulus. Orangtuanya pasti sangat kecewa dan malu ketika mengetahui anak semata wayangnya kabur dari tunangannya yang berlatar belakang seorang anak politikus.
“Aku membencimu, Christopher,” desisnya mengepalkan kedua tangan.
“Tapi, bagaimana aku harus kembali ke Amerika dengan keadaanku sekarang? Tidak ada satupun hal yang bisa membantuku selama di sini. Aku sendirian dan ponselku tidak berada di tanganku, melainkan di pria itu,” jelasnya mengeluh frustrasi.
Liora berdiri, berjalan ke arah jendela kaca dan menyibak gorden. Kemudian perempuan itu mendesah panjang, mengetahui keadaan di luar sangat indah. Dubai adalah tempat menyenangkan yang pernah Liora kunjungi di kali pertamanya bersama teman-teman.
Ya. Selama hidupnya ia sibuk menempuh pendidikan, tidak berlibur terlalu jauh sampai ke mari. Ia lebih sering mengunjungi negara di Asia, terutama Bali yang berada di Indonesia.
Ia berpikir ini akan menjadi pesta lajang terbaik untuk dirinya bersama teman-teman. Naas, kehidupannya sudah dipantau Christopher entah sejak kapan.
“Gabriella Benedict,” gumamnya tahu bagaimana rupa perempuan yang menjadi istri Christopher.
Karena pria itu selalu menunjukkan kemesraan di depan publik bersama istrinya. “Sekarang dia pun harus tau jika suaminya menyimpan kebusukan bersama perempuan lain.”
Siapa lagi jika bukan Liora Felice Zucca perempuan lain itu.