Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
One Night In DubaiOne Night In Dubai
Oleh: Webfic

Ingin Mendapatkan Kehangatanmu Lagi

Liora tidak ingin terjerembab lebih jauh dalam pesona Christopher. Kedua tangannya menahan dada bidang Christopher. Ia mendorong kuat, tapi tidak sebanding ketika pagutan Christopher semakin liar, mencoba melesakkan lidahnya ke dalam. Perempuan itu meringis, tidak berdaya saat dalam satu genggaman, Christopher menahan tangan Liora di atas kepalanya. Seolah mengerti keadaan, saat oksigen perempuan itu terasa habis, Christopher baru melepas pagutan mereka. Ia tidak menjauhkan tatapan keduanya dan membiarkan perempuan itu dapat memandangi pria berdarah Prancis – Italia dengan senyum miringnya. Jemari pria itu menyeka bibirnya sendiri yang berwarna merah dan berkata, “Aku tidak pernah lupa bagaimana bisa merasakan kelembutan bibirmu, Nona Zucca.” “Sayangnya ... Selama perpisahan kita sejak di sekolah menengah atas, aku menemui banyak sekali perubahan dalam bentuk tubuhmu. Termasuk bagian ini,” bisiknya dan lenguhan Liora didengar Christopher. Ia tersenyum miring. “Dasar pria berengsek!” pekiknya meronta saat tangan bebas Christopher meremas dada kirinya. “Lepaskan aku Christopher! Kita tidak pernah ada hubungan lagi setelah sekian lama!” “Tapi, aku ingin kembali berhubungan denganmu, Liora. Aku ingin memiliki bibirmu sepenuhnya. Terutama saat aku berhasil memasukimu untuk kali pertama. Aku merindukan semua yang ada di dalam tubuhmu.” “Berengsek!” “Aku tidak ingin kembali bertemu dengan pria egois sepertimu lagi, Harcourt!” teriaknya dengan sorot tajam. Paras cantik itu memerah penuh kebencian mendalam. Manik hijau Liora terlihat jelas oleh Christopher dan pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya. Ia melihat napas perempuan itu memburu dan rahangnya yang mengetat. “Sekarang kau sudah berani melawanku?” tanyanya datar, meraih dagu Liora dan selanjutnya ia ganti mencengkeram rahang itu. Liora meringis, tapi tidak membuatnya memadamkan tatapan begitu tajamnya. “Kau berpikir aku akan takut padamu? Tidak! Setelah kau mencampakanku, saat itulah aku tidak akan pernah berurusan padamu atau sekadar menjadi perempuan manja yang penurut, bodoh!” “Jawabanmu sungguh membuatku tersanjung, Nona Zucca,” balasnya melepas cengkeramannya. Liora menggeram kuat dan ia kembali berontak. Sayangnya, kedua kakinya pun ditahan oleh tungkai Christopher. Ia masih enggan melepaskan buruannya selama ini. “Biarkan aku pergi! Aku akan kembali ke negaraku besok pagi bersama teman-temanku!” “Kau akan pulang ke mana?” Pertanyaan mengejek itu membuat Liora kembali mengumpati Christopher. “Tujuanku adalah negaraku sendiri! Aku akan pulang ke Amerika, bodoh!” “Kau bahkan tidak memiliki darah Amerika.” “Kau perempuan yang lahir dan berkewarganegaraan Italia,” sambungnya menerbitkan senyum puas mendapati tubuh perempuan itu membeku. “Apa aku harus mengatakan jika kau pindah ke negara barumu karena rasa sakit hatimu padaku, Liora?” “Itu semua bukan urusanmu!” “Lepaskan aku dan biarkan aku pergi untuk kembali pulang dan merayakan pesta pernikahanku! Calon suamiku pasti akan mengkhawatirkan diriku jika tidak pulang tepat waktu!” Rahang Christopher mengetat dan tatapannya tidak lagi mengejek. Ia menyorot tajam Liora dan berucap dingin, “Tidak akan ada pernikahan yang akan keluargamu selenggarakan. Terutama saat mereka malu ketika pengantin perempuannya tidak akan pernah datang untuk menghadiri proses tersebut.” Manik hijau Liora terkesiap mendapati pernyataan mengejutkan itu. “Apa maksudmu, ha?!” “Perlu kujelaskan, Sayang? Bahkan, semua hal yang kau anggap mengkhawatirkan esok hari tidak akan pernah ada. Aku sudah menggunakan ponselmu untuk memberitahu teman-temanmu supaya pulang terlebih dulu.” Napas Liora tercekat. Ia tertegun saat layar ponsel itu ditunjukkan. Sejak kapan ponsel Liora sudah berpindah tangan?! ‘Aku tidak akan pulang besok bersama kalian. Aku akan tetap di sini, menunggu calon suamiku menjemputku. Sampai jumpa! Aku tetap menunggu kehadiran kalian di pesta pernikahanku.’ “Lihat? Aku menulis sesuai yang sering kau tulis. Aku mengikuti gaya tulisanmu. Bagaimana?” Ia menyeringai puas dan melepaskan genggamannya, lalu menjauh mendapati reaksi Liora dengan wajah memerahnya. “Kau tidak berhak melakukannya, Christopher! Kau mengambil kesempatan untuk membuatku tersiksa dalam genggamanmu, bukan?!” Christopher hanya diam ketika Liora memukul dada bidangnya, mengumpati pria itu untuk kesekian kalinya. Tapi, pria itu hanya menatapnya datar, tidak peduli jika Liora akan kehilangan tenagangnya. Perlahan, Liora merasa lelah dan ia pun menurunkan kedua tangan di sisi tubuhnya. Tangannnya mengepal kuat dengan wajah mendongak, menatap sengit Christopher. “Aku akan pergi dari sini dan jangan pernah menemuiku atau menghancurkan kebahagiaanku lagi,” tekannya dengan tatapan tajam dan berlalu menuju pintu kamar. Christopher tersenyum miring, mendengar jika Liora tidak bisa membuka knop pintu. Pria itu tidak perlu berbalik hanya untuk melihat wajah pucat perempuan masa lalunya. Liora tertegun dengan dada bergemuruh kuat. Ia terlihat bodoh, membuka berulang kali pintu yang tidak dapat membantunya keluar dari sini. “Pintu kamar dan beberapa akses lainnya di unit ini sudah terkunci otomatis.” Napas Liora tercekat. Ia berbalik badan, mendapati perlahan pria itu berbalik dengan aura mengintimidasinya. Kedua tangan itu terlipat di depan dada dan berucap, “Selamat datang di kehidupan barumu, Liora Felice Zucca,” tandasnya puas mendapati wajah memucat Liora. “Setelah ini, kau tidak akan bisa keluar dengan mudah, terutama lari dari jangkauanku. Aku sudah cukup membebaskanmu selama di sini.” Ia mengedik santai. “Ya. Aku menahan diri dan hanya melihat kau dari kejauhan bersama teman-temanmu dalam merayakan pesta lajang.” “Ingat. Tidak akan pernah kubiarkan pernikahan itu sampai terjadi.” “Karena mulai sekarang kau milikku, bukan menjadi perempuan dengan mengambil nama belakang anak angkat itu. Tidak akan pernah kau mendapati namamu berubah menjadi Liora Felice Isaac,” sambungnya berjalan santai ke arah ranjang, duduk dan menatap mengejek Liora, nyaris tidak berkedip dengan pandangan terkejutnya. Ia membuka kedua tangan, merentangkannya untuk menyambut Liora. “Kemari, Sayang ... Anggap saja malam pertamamu sudah lebih dulu terwujud, di bandingkan pesta pernikahan yang membosankan itu terjadi.” “Bajingan kau Christopher!” Liora tidak peduli dengan tatapan mengejek itu dan ia ingin sekali melayangkan pukulan pada wajah dan tubuh Christopher. Tapi, ia nyaris lupa siapa yang akan membuatnya berulang kali menemui titik kepasrahan. Ia memekik ketika tangannya nyaris dipiting, membuatnya memunggungi pria yang masih duduk di sisi ranjang. Christopher segera menjatuhkan Liora ke atas pangkuannya, mengunci segala pergerakan perempuan itu. “Lepaskan aku! Kau tidak berhak menghancurkan semua impianku! Termasuk kau mengambil kesempatan untuk membuat aku seolah tidak akan kembali ke negaraku!” “Hei ... Itu benar terjadi, Sayang.” “Bukan hanya mengirimkan pesan dengan tulisan yang sama. Aku juga sudah membuat surat untuk keluargamu, menulis sesuai bagaimana kau melakukan hal tersebut.” “Di dalamnya, dengan jelas sudah kutulis jika kau pergi dari pernikahan atas dasar perjodohan itu. Kau sebagai calon pengantin perempuan ...” “... Sudah lelah dan kabur dari kehidupan yang menyiksa itu.” Tubuh Liora menegang sekaligus detak jantungnya memburu. Napas perempuan itu tercekat, mendapati fakta jika Christopher sudah melakukan hal licik sebelumnya. Pria itu mengikuti gaya tulisan Liora dan menyalinnya dalam selembar kertas ditaruh tepat di atas nakas perempuan itu. Dalam bersamaan gelenyar dalam diri Liora kian terasa saat hidung mancung Christopher menyentuh leher jenjangnya. Semakin kuat Liora berontak, maka tangan dalam pitingan pria itu akan semakin membuatnya sakit. “Chris ... Hentikan ...” Liora menggigit bibir bawah ketika pria itu menggantikan hidungnya dengan bibir panasnya. Christopher menyarangkan satu ciuman dan meninggalkan jejak di leher Liora. “Berhenti untuk menyia-nyiakan tenagamu, Sayang.” “Lebih baik kita gunakan bersama di atas ranjang penuh aura intim di sini.” Liora nyaris tidak bisa menelan salivanya. Dada perempuan itu semakin bergemuruh mendapatkan suara nyaris berbisik dari pria bertubuh atletis yang tetap memangkunya. “Aku ingin mendapatkan kehangatan darimu lagi.” **

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.