Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
One Night In DubaiOne Night In Dubai
Oleh: Webfic

Obsesi Christopher

“Jika kau di sini hanya untuk mengangguku. Sebaiknya kau pergi dan kembali ke kamarmu saja,” ketusnya menatap ke samping, tempat yang mengarah langsung dari ranjang Liora. Sofa kamarnya sedang ditempati pria tampan dengan nama belakang Harcourt. Pria itu justru terlihat santai menumpukan salah satu kakinya menyilang. Ia menatap lurus Liora yang duduk bersila di atas ranjang, menatap film romantis yang sedang ia tonton bersama camilan yang beberapa jam lalu ia minta pada pelayan. “Bukankah kau ingin sedikit kebebasan? Maka, aku akan memilih duduk di sini dan memerhatikanmu sampai waktumu selesai untuk bersenang-senang. Karena kita punya waktu bersama yang sudah aku inginkan.” Liora mendengkus sebal, berpura-pura tidak takut dengan senyum miring Christopher. “Sebenarnya ini bukanlah kebebasan yang aku inginkan jika kau berada di sini. Aku tidak bisa mendapatkan feel dari apa yang kutonton.” Christopher tertawa kecil mendengarnya seraya menegakkan tubuhnya. “Kurasa lebih terlihat nyata percintaan romantis kita di bandingkan film itu.” Liora menaikkan sebelah alisnya, mengunyah potongan pizza dengan kesal. “Itu semua hanya dalam mimpimu saja!” Napasnya memburu dan tatapan tajam itu menghancurkan adegan romantis yang ia tonton. Senyum itu tidak terlepas cepat dari paras tampan Christopher. Liora-nya tidak pernah berubah; manja, sedikit kekanakan dan menyebalkan sekaligus menggemaskan. “Berapa kali dia memasuki kewanitaanmu?” Liora sukses tersedak dan serabutan mencari minum yang sengaja dirinya taruh di atas nakas. Ia menenggak terus dan hampir tandas, sedangkan Christopher hanya memandangnya santai. Wajah perempuan itu memerah dan sedikit menepuk dadanya untuk meredakan batuk yang masih saja tersisa. “Apa kau tidak bisa menghentikan pertanyaan anehmu itu?!” Perempuan itu menatap tajam Christopher dengan wajah memerah dan merambat ke leher jenjangnya yang putih. Napasnya tersengal, terlalu cepat kalimat itu membuatnya tersedak tidak keruan. Tadinya Liora sangat menikmati makanannya, mencoba mengunyah lebih halus. Bahkan, sebelum giginya menghancurkan makanan tersebut, ia nyaris menelannya. “Apa itu terdengar sangat aneh?” tanyanya balik, beranjak berdiri dan mendekati ranjang Liora. “Itu pertanyaan wajar dari kekasih lamamu yang menjadi pria pertama karena telah memasukimu.” Perempuan itu membeliak sempurna dengan bibir terbuka; kaget dan tidak menyangka. “Pikiranmu sudah berpindah ke selangkanganmu, Tuan Harcourt,” desisnya memilih menenggak soda saat air putihnya sudah tandas. Christopher tertawa kecil, duduk di sisi ranjang dengan menghadap perempuan cantik itu. “Baiklah. Kurasa kau sudah tidak tersedak lagi. Sekarang katakan sudah berapa kali dia memasukimu?” tanyanya mengulang dan akan menanti jawaban dari perempuan yang masih saja kaget. Tapi detik selanjutnya Liora mendengkus mengejek dan menatapnya angkuh. Ia tersenyum miring, lalu berucap, “Jika kau bertanya seperti itu. Maka aku akan bertanya balik padamu, sudah berapa kali kau bercinta dengan istrimu yang baik hati itu?” Matanya menatap lekat manik biru yang memandangnya lurus. Christopher menarik sudut bibirnya. “Pertanyaanmu harus kujawab atau tidak? Bagaimana jika nantinya kau terlihat cemburu? Aku tidak ingin menanggung risikonya,” balasnya membuat perempuan itu melemparkan tatapan penuh kebencian. Namun itu tidak berlangsung lama saat Liora sudah memandangnya penuh arti. “Apa kau tidak merasa cemburu juga ketika aku mengatakan sudah berkali kali dimasuki Ivander?” Rahang itu mengetat bersama sorot yang berubah tajam. Liora berhasil membuat pria itu menunjukkan ketidaksukaannya. Liora tersenyum miring. “Dia bisa memperlakukanku dengan sangat manis dan begitu lembut. Karena dia bukan dirimu yang menjadikanku sekadar pemuas napsumu saja. Ivander melakukannya dengan penuh cinta dan kami sama-sama mencari kepusaan yang tidak akan pernah didapatkan pada pria atau perempuan lainnya.” Liora memekik saat Christopher mencengkeram rahangnya. Bahkan, pria itu menumpukan sebelah lututnya di atas ranjang, menatap Liora lebih dekat dengan sorot penuh amarahnya. “Apa dia lebih baik di bandingkan aku, Liora?” Ia mendesis tepat di depan bibir perempuan yang kini meringis, mencoba melepaskan tangan itu. Sayangnya, jika Liora semakin berniat melepaskannya, maka pria itu dengan senang hati dan menulikan indera pendengarannya dari ringisan dan kabut dari manik hijau itu. Liora ingin menangis jika diperlakukan kasar oleh Christopher. “Jawab aku ... Liora Felice Harcourt ...” “Namaku Liora Felice Zucca,” tegasnya menyorot tajam pria itu sambil memberontak. Christopher tersenyum miring. “Kau sudah menjadi istriku dan saat kita mengucap janji di hadapan Tuhan, sudah seharusnya kau tidak memedulikan percintaanmu dengan pria bodoh itu.” “Aku mencintai Ivander!” Christopher tertawa sumbang dan dengan egois, ia melepaskan cengkeraman itu cukup kuat dan hampir membuat Liora terjungkal. Ia merasa perih dalam hatinya. “Kau hanya kasihan padanya! Karena tidak ada pria lain yang bisa membuat namaku tersingkir di dalam hatimu, Liora!” “Ivander lebih baik di bandingkan dirimu! Dia sudah sangat jauh masuk ke dalam hatiku dan menggantikan posisimu di dalam hatiku!” Christopher mendengkus mengejek dan rahangnya kembali mengetat. Ia mengangguk sekilas dengan napas memburu seraya menegakkan tubuhnya kembali. “Jika kau tidak mengakui saat aku lebih baik di bandingkannya. Aku akan membuktikannya mulai dari siang ini.” Liora tertegun saat Christopher dengan tergesa membuka kancing kemejanya. “Apa yang ingin kau lakukan?!” Perempuan itu mundur, tapi Christopher dengan cepat menangkap lengan perempuan itu. “Katakan berapa kali dia memasukimu?” desisnya membuat perempuan itu ketakutan. Ia bersikeras diam dan hal itu membuat Christopher semakin merasakan emosinya tidak stabil. “Baiklah. Aku akan memasukimu terus menerus sampai kau tidak akan bisa merasakan bagaimana milik pria itu pernah memasukimu. Kau akan melupakan miliknya, begitupula sentuhan yang selalu kau idamkan itu.” “Dia tidak akan pernah sebanding denganmu, berengsek! Lepaskan aku!” “Jangan harap kau lepas dariku, Liora. Sejak pertemuan kita di masa lalu ...” “Saat itupula kau telah menjadi milikku.” “Tidak akan ada pria yang bisa mengambilmu dariku, termasuk menikahimu. Itu hanya akan menjadi sia-sia selama aku hidup dan berada di dekatmu.” Napas Liora tercekat dengan tubuh menegangnya. “Kau hanya terobsesi denganku! Kau tidak pernah mencintaiku, bahkan dengan mudahnya kau mendapatkan penggantiku! Sudah jelas dia lebih baik darimu, berengsek!” Christopher tertawa sumbang mendengarnya. “Terserah kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan betapa aku menggilai tubuhmu seutuhnya untukku. Tapi sampai kapan pun ... Dari setiap perempuan yang telah menghangatkan ranjangku, kau tetap yang terbaik, Sayang.” “Aku tidak akan pernah melepaskan perempuan yang bisa membangkitkan fantasi liar dan napsuku lebih besar di bandingkan perempuan lain.” Satu bulir air mata turun tanpa bisa Liora tahan. Christopher-nya di masa lalu telah hilang. Liora benar-benar tidak mendapatkan sosok yang tenang dan hangat itu lagi. **

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.