Bab 93
"Omong kosong? Kenapa? Kamu sakit hati?" tanya Benny.
Benny tiba-tiba membuka matanya perlahan, menatap Ellen dengan cermat. Di bibirnya tersungging senyum simpul.
"Hei, kamu ini! Makan saja. Apa makanan nggak bisa membuat mulutmu diam?"
Ellen langsung menyodorkan sepotong buah ke mulut Benny, menarik kembali rambutnya dari tangan pria itu.
Benny terkekeh pelan. Baru setelah itu dia berhenti bicara, mengunyah buah itu dengan tenang.
Benny berujar, "Lihat saja, dia sudah kembali selama ini, tapi belum juga muncul bertemu dengan kita. Katanya dia sibuk bekerja, tapi bisa jadi itu hanya alasan. Orang itu penuh dengan misteri, seperti naga yang sungguh sulit dilihat. Kemungkinan apa pun bisa saja terjadi."
Benny tertawa ringan, tetapi senyuman itu tidak sampai ke matanya.
Tatapan Ellen sempat membeku sejenak ketika mendengar itu. Namun, dalam sekejap dia kembali tenang. Dia mengangkat gelas, menyesap anggur dengan elegan.
"Lupakan saja, jangan dipikirin lagi! Kalau Kak Jimmy nggak datang,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda