Bab 14
Cedric pun kembali ke kamar. Dia tidak ingin Kelvin melampiaskan rasa rindunya akan ibunya kepada Isabel yang Cedric anggap memiliki niat terselubung, jadi dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Kate.
"Tuut .... Tuut .... Maaf, nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan ulangi beberapa saat lagi."
Cedric mengernyit. Dia pikir Kate sedang sibuk, jadi dia mengakhiri panggilan.
Sementara itu, Denis mematikan ponsel Kate dan langsung melemparkannya ke dalam bak mandi.
Dia menatap Kate yang tidak sadarkan diri di atas kasur dengan puas.
Malam ini sungguh luar biasa.
"Tririring ...." Dering ponsel kembali terdengar dan kali ini ponsel Denis-lah yang berbunyi.
Denis pun mengangkat telepon itu sambil tersenyum. "Halo, Nina, kenapa?"
Nina berkata dengan penuh harap, "Bagaimana, Pak Denis? Berhasil?" tanya Nina dengan penuh harap.
Denis sudah berjanji akan memberikan Nina 60 juta asalkan dia bisa mendapatkan Isabel. Kate juga menjanjikan Nina sejumlah uang setelah masalah ini selesai. Uang yang Nina peroleh cukup untuk dia belanjakan selama setengah tahun. Setelah akhirnya berhasil menjual Isabel, tentu Nina ingin tahu hasilnya.
"Sudah, sekarang dia ada di sampingku!" jawab Denis sambil tersenyum dengan lebar. "Dia benar-benar luar biasa, kulitnya begitu putih dan mulus."
"Mulai malam ini, dia akan selalu berada di sisiku. Nggak akan kubiarkan dia pulang. Nanti biar aku yang urus soal akta nikahnya. Besok akan kusuruh orang untuk mengirimkan bayaranmu."
Denis ingin menikmati wanita secantik ini setiap hari.
Nina pun tertawa dan berkata tanpa ragu, "Oke, oke, aku nggak keberatan. Tapi, dia itu cukup tangguh sejak kecil, jadi kamu harus mengendalikannya dan mendisplinkannya."
"Tenang saja, nggak akan ada yang bisa kabur dari ruang gelapku."
Mereka berdua pun mengobrol dengan jahat.
Sementara Kate yang tidak sadarkan diri itu adalah mangsa mereka.
...
Isabel tidak tahu bahwa rencana jahat Nina ternyata berujung pada sebuah kesalahan besar. Setelah meninggalkan vila Cedric, Isabel tidak berniat pulang dan malah menelepon sahabatnya, Alva Selvan.
Alva pun mengemudikan mobilnya yang berwarna merah muda. Setelah mendengarkan keseluruhan cerita Isabel, dia sontak memaki saking kagetnya.
"Ya ampun, nenek lampir itu tega sekali kepadamu! Dia benar-benar nggak punya hati nurani! Anjing saja nggak bakal mau memakan hati nuraninya yang jahat itu! Dia bukan manusia!"
"Tapi, Isabel, kamu jadi bisa bertemu putramu dan menghabiskan waktu bersama Pak Cedric mulai sekarang. Itu 'kan berkat terselubung buatmu. Aku iri sekali!"
"Memangnya kamu pikir aku ini sedang bermain sinetron percintaan dengan Pak Cedric?"
Isabel memutar bola matanya. "Ya ampun, kamu 'kan sudah dewasa. Mau sampai kapan kamu menonton sinetron picisan seperti itu? Aku serius, kamu harus janji jangan sampai Eleya tahu siapa ayahnya."
Selama tiga tahun ini, Isabel selalu memberi tahu Eleya bahwa ayahnya sudah tiada. Jika Eleya tahu ayahnya masih hidup dan merupakan pria yang sangat tampan, Eleya yang mudah terpikat itu pasti akan gampang diculik.
"Kenapa?" tanya Alva sambil menatap Isabel. "Hei, dia itu Cedric Jeron, pria idaman para wanita! Kalau dia tahu bahwa kamulah ibu dari anaknya dan bahkan kalian juga dikaruniai seorang putri yang cantik, dia pasti mau menikahimu. Setelah itu, kamu bisa hidup enak selamanya, tahu!"
"Nggak, nggak!" Isabel langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku nggak tertarik sama pria buta yang bahkan nggak bisa membedakan mana istrinya dan mana yang bukan!"
"Sekarang, aku cuma berharap Kelvin bisa secepatnya sembuh, lalu dia dan kakakku akan segera pergi dari Kota Sidona sehingga hidupku kembali damai. "
Nada suara Isabel terdengar sangat serius.
Alva hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan emosional.
Wanita lain memimpikan bisa menjalin hubungan dengan Cedric, tetapi Isabel malah sebodoh ini!
Tidak, terkadang bodoh itu ada baiknya. Bukankah CEO yang sombong itu juga menyukai wanita sepolos ini?
"Sudah, sudah, aku memintamu untuk menjemputku karena aku mau minta tolong," ujar Isabel mengubah topik pembicaraan. "Tolong jemput Eleya dan biarkan dia tinggal denganmu untuk sementara waktu."
"Kamu tahu sendiri betapa jahatnya Nina dulu. Dia memang baik pada Eleya. Aku juga menumpang di rumahnya karena aku butuh bantuannya menjaga Eleya. Sekarang, dia malah berniat menikahkanku dengan Denis, padahal dia tahu Denis itu seorang pedofil. Aku nggak bisa lagi memastikan keselamatan Eleya kalau bersamanya. Aku takut terlalu sibuk dengan Kelvin sampai-sampai nggak waspada dan tahu-tahu dia berusaha menjual Eleya lagi."
Alva mengangguk mengerti. "Nenek lampir sialan itu jahat sekali, aku yakin dia pasti tega melakukan sesuatu seperti itu. Ayo, kita jemput Eleya sekarang."
"Iya, terima kasih."
"Ya ampun, santai saja denganku. Yang penting kamu jangan lupakan aku setelah mencapai akhir bahagia dengan Pak Cedric, ya."
Isabel benar-benar kehilangan kata-kata.
Astaga, kenapa Alva masih saja berpikiran seperti itu! Sungguh, Isabel sama sekali tidak berniat menjalin hubungan apa pun dengan Cedric!
Rasanya kepala Isabel jadi sakit ....