Bab 100
Frans sungguh menyedihkan. Dia selalu menjadi sasaran amarah tanpa henti.
Di luar.
Mobil berhenti di depan sebuah restoran mewah dan elegan. Sion turun terlebih dulu, lalu dengan sikap penuh sopan membukakan pintu mobil untuk Isabel.
"Pak Sion, aku sudah sarapan. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Aku belum makan. Temani aku makan, kita bisa bicara sambil makan perlahan," ucap Sion dengan ramah dan hangat, Isabel jadi sulit untuk menolaknya.
Isabel tak punya pilihan selain turun dari mobil, lalu mengikuti Sion masuk ke restoran.
Sion tampaknya adalah pelanggan tetap di sana. Mereka diarahkan ke ruang VIP khusus dengan pemandangan melalui jendela kaca besar, menampilkan keindahan matahari terbit dan panorama Kota Sidona yang hidup dan penuh harapan. Pemandangan itu indah bak dalam mimpi.
Isabel merasa terkejut. "Wah, di kota ternyata bisa melihat matahari terbit seindah ini! Ini luar biasa sekali! Memang benar, orang kaya bisa mendapatkan segalanya."
Sion tersenyum simpul. Dia
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda