Bab 705
Sambil menahan malu, Ben akhirnya pergi.
Aku tahu betul kelemahan Ben. Dia orang yang mudah tersipu dan punya moral yang tinggi, beda dengan Yesa yang sedikit tidak tahu malu.
Kesunyian seketika memenuhi ruang tamu. Clara tampak gelisah dan terus menghindari tatapanku.
Sementara itu, aku hanya duduk diam di sofa di hadapannya, menatapnya dengan tenang.
Suasana canggung menyelimuti kami berdua dalam waktu yang cukup lama.
Pada akhirnya, Clara yang merasa bersalah pun memulai pembicaraan lebih dulu. "Shani ... "
"Nggak ada yang mau kamu jelaskan?" tanyaku memancing sambil terus menatapnya dengan intens.
Orang yang selama ini menjadi sahabat baikku tiba-tiba terasa begitu asing ...
Clara yang ada dalam ingatanku adalah satu-satunya 'teman' yang kumiliki selama ini. Setelah hilang ingatan, hatiku mulai merindukan kehangatan emosional dan mendorongku melakukan apa saja demi mengisi kehampaan yang kurasakan.
Jadi, dorongan itu mendorongku untuk mendekati Arya dan Clara. Seolah mencari keping
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda