Bab 701
Davin duduk terpaku di lantai, memandangku dengan wajah pucat.
Butuh waktu lama sekali sampai akhirnya dia tersenyum dengan kepala tertunduk.
Senyumnya memang merekah, tetapi matanya jelas kelihatan memerah.
Mungkin, dia sudah lama menunggu kata-kata ini terucap dari bibirku.
"Dulu kamu juga pernah bilang cinta, padahal cuma pura-pura," jawab Davin lirih.
Dalam persoalan cinta, dia selalu tidak percaya diri, selalu ragu bahwa dirinya layak dicintai.
"Terserah mau percaya atau nggak ... " Aku menarik rantai besi di lehernya lagi, memaksanya menatap mataku. "Yang jelas, aku nggak akan pernah melepaskanmu."
Tatapan mata Davin seketika melembut sebelum berbisik dengan penuh kehangatan, "Shani ... jangan sampai identitasmu terbongkar. Kalau sampai ketahuan, semua yang kukorbankan sampai saat ini, termasuk kakiku, akan jadi sia-sia."
Pria ini sengaja mengusik hati nuraniku supaya aku mau mendengarkannya.
Sebenarnya dia ingin bilang kalau aku benar-benar mencintainya, aku tidak boleh membahay
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda