Bab 437
Aku menggertakkan gigi dan menatap Qiara dengan kening berkerut.
Dia juga menatapku seakan-akan tidak takut aku akan membongkar perbuatannya.
"Shani?" Davin memanggilku dengan pelan.
Aku tersadar dan segera membalas, "Kamu cari jalan keluar dulu. Mungkin kita bisa minta bantuan."
Davin mengamatiku sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan mengajak Yesa dan Yoga pergi.
Di sisi lain, Ben membopong Clara ke tempat yang lebih terang dan menatap luka-lukanya dengan cemas.
"Ben ... kalau aku mati, apa kamu mau menuliskan 'Istri Ben' di batu nisanku?" tanya Clara dengan lemah dan serak. Pada saat seperti ini, dia bahkan masih sempat menggoda Ben.
Ben menekan luka Clara sambil mengerutkan kening. "Kamu nggak akan mati ... nggak akan."
Mata Clara berkaca-kaca. "Aku nggak mau mati. Aku belum menikah, belum punya pacar ... aku masih sendirian. Hiks … "
Ben tidak bisa berkata-kata. Jika Clara masih bisa bersikap begitu, dia seharusnya belum akan mati.
"Sudah, jangan takut … " Ben menyingkap baju Cla
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda