Bab 214
Davin jelas terkesan dengan akting Clara, lalu berbisik, "Shani, temanmu keren banget."
Aku mengangkat tangan dan menepuk jidat.
Sungguh keren.
Tak lama berselang, Ben membukakan pintu dengan raut wajah muram, lalu membungkam mulut Clara.
Tetangga yang ada di sini merupakan rekan ayahnya dan Clara benar-benar membuatnya malu.
"Kenapa kamu teriak-teriak nggak jelas." Ben menarik Clara masuk ke rumah. Melihatku bersama Davin, dia segera merapikan rambutnya. "Masuklah, di dalam agak berantakan."
Aku beserta Davin pun masuk. Melihat botol bir dan puntung rokok berserakan di lantai, benar-benar berantakan.
"Apa kamu rela menyerah begitu saja terhadap kasus ini?" tanya Clara.
Ben menyalakan sepuntung rokok. Setelah mengisap sekali, dia baru sadar kalau aku sedang hamil. Kemudian, buru-buru mematikan rokoknya.
Davin mengernyitkan dahi dan menutupi hidungku. "Perokok pasif itu sangat beracun."
Ben merasa malu.
"Nggak usah terlalu sedih. Otakmu kecil, wajar bagimu nggak bisa menghadapinya. Semu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda