Bab 193
Pak Fendi mengemudi ke sebuah rumah besar di pusat kota.
Rumah-rumah di sana sangat mahal.
Beberapa tahun yang lalu, ayahku pernah mengatakan bahwa itu adalah kawasan elit yang dikembangkan oleh Perusahaan Isman, tempat yang tidak akan bisa kita beli meskipun kita bekerja keras selama 20 tahun.
Meskipun Davin sudah bekerja keras sejak masuk ke kelas jenius pada usia 14 tahun, mendapatkan bonus, beasiswa, juga uang dari pekerjaan paruh waktunya ... mungkin Davin juga tidak bisa membeli rumah di sini, 'kan? Setelah kematian Joko, Keluarga Isman sepertinya tidak mampu memberikan uang kepada Davin.
Davin juga belum lama mengambil alih Perusahaan Isman. Saat ini Davin belum memiliki kekuasaan yang nyata, dia selalu tertindas dan berada dalam posisi pasif.
"Dia ... dengan apa dia membeli rumah di sini?" tanyaku pada Pak Fendi dengan terkejut.
Pak Fendi terdiam untuk beberapa saat, tidak menjawab pertanyaanku secara langsung. "Tuan Muda sangat hebat, dia adalah seorang jenius."
Mobil berhenti
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda