Bab 184
Ben menunggu di luar dengan cemas. "Ini jelas-jelas jebakan, tapi mereka malah menuduh Vincent. Meski nggak ada bukti, Arya mungkin juga akan percaya."
Jika Arya keluar, kebenciannya kepada Vincent pasti akan makin dalam.
"Kalau dia punya otak, seharusnya dia tahu ada orang yang sengaja menjebak." Aku agak marah.
"Kalau dia punya otak, dia nggak akan membiarkan Shani mati." Ben mengerutkan keningnya.
Aku tertegun sejenak, tetapi tidak berkomentar. Yang dikatakan Ben benar.
"Untung saja, dia nggak apa-apa." Ben melirik ke ruang perawatan.
"Aku sudah menyelidiki anak bernama Eno itu. Dia memang sering melakukan kejahatan kecil, tapi mungkin bukan dia pembunuhnya. Lantaran nggak ada bukti, jadi dia akan dilepaskan."
Ben melihatku dengan rasa menyesal.
"Tapi aku merasa ada yang aneh dengan dirinya." Aku berbisik pelan. "Dia hanya berusia belasan tahun, tapi terlihat jauh lebih dewasa dibandingkan anak sebayanya. Apalagi ... "
Saat melihat dirinya, ada rasa ketakutan yang tidak bisa kujelas
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda