Bab 179
Suasana seketika hening. Aku terduduk di sofa, jari-jariku terasa kaku. "Apa?"
Kupikir ... aku salah dengar.
Apa ingatan juga bisa salah?
Saat itu, aku masih kelas tiga SMA, lantaran banyak tekanan belajar, begitu masuk ke mobil, aku langsung tertidur.
Dalam ingatanku, ayahku menyetir cukup lama. Aku tidak ingat ayah mau ke mana, yang aku tahu hanya aku berada di dalam mobil, tidur lelap di pangkuan ibuku.
"Kecilkan volume musiknya, Shani sudah tertidur." Samar-samar, aku mendengar ibuku menegur ayahku dengan suara pelan.
"Joko dan aku janjian ketemu di Jembatan Harai. Kami mau bareng ke sana."
Aku lupa apa yang ayah katakan, hanya ingat saat itu, aku sangat senang, karena akan bertemu dengan seseorang.
"Itu mobilnya Joko, 'kan?" tanya ibuku.
"Panti Asuhan telah membimbing dua orang genius. Semua pimpinan sangat peduli dengan hal ini. Kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mempublikasikannya, agar lebih banyak orang bergabung dalam kegiatan amal dan lebih peduli akan masalah anak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda