Bab 173
Kedua mata Arya sangat merah, dia terlihat seperti benar-benar ingin membunuh orang.
Aku mendorong Arya dengan sekuat tenaga. Dengan napas yang masih terengah-engah, aku berteriak rendah kepada Arya, "Apa hakmu berkata seperti ini? Bukannya kamu yang sudah menyebabkan Shani mati? Bukannya kamu yang menyuruhnya untuk mengalihkan perhatian si pembunuh? Kalaupun dia nggak mati, apa kamu akan membiarkannya melahirkan anak di dalam kandungannya!"
"Tentu saja!" seru Arya sambil meninju tong sampah di belakangku.
Ketika tong sampah terjatuh, kami berdua langsung terdiam, berbalik melihat ke rumah tua di Kompleks Purna itu, takut orang di dalamnya mendengar suara-suara ini.
Kami baru merasa lega setelah ada pemulung datang untuk mengambil sampah.
"Aku akan menikahinya," ujar Arya dengan suara serak setelah terdiam cukup lama.
Dia seperti sengaja mengatakannya padaku.
Namun, juga seperti mengatakannya untuk dirinya sendiri.
"Apa kamu percaya ada roh di dunia ini?" ternyata dengan ekspresi seper
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda