Bab 16
"Kalau bukan karena kebaikan Yuna, sekarang kamu sudah berada di penjara!" tegur Arya dengan nada sinis.
Aku berdiri diam. Tidak peduli apa kata orang-orang itu, aku tidak akan berlutut.
Aku juga tidak mau meminta maaf.
"Tidak apa-apa kalau dia tidak mau minta maaf. Malam ini, suruh dia temani kita bermain. Aku jamin dia tak akan mati, kok!" ejek beberapa anak orang kaya itu sambil tertawa.
Aku berdiri di sana sambil menatap Arya. "Aku sudah pernah jelaskan ... aku tak mendorongnya. Kenapa kamu tidak percaya padaku?"
Arya mengernyit sambil berkata dengan tidak sabar, "Kamu itu selalu berbohong ... "
"Oke ... " Aku menyela Arya dan berhenti berbicara.
Aku benar-benar tidak sanggup lagi disakiti olehnya.
"Aku minta maaf."
Aku menatap Yuna sambil tersenyum. "Kamu menang."
Yuna menatap Arya sambil berkata, "Lupakan saja, dia juga tidak tulus minta maaf padaku."
"Shani!" teriak Arya.
Aku mundur selangkah, lalu meletakkan buket itu dengan hati-hati di lantai.
Dulu, aku sangat ingin menerima
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda