Bab 154
Clara yang berada di atas tempat tidur pun tiba-tiba berseru, "Shani!"
Aku sontak berhenti melangkah, tetapi aku tidak menoleh.
Karena sekarang aku lebih pantas menggunakan identitas sebagai Sanny Wibowo.
...
Selama perjalanan pulang menggunakan kereta, Davin terus menggenggam tanganku.
Aku bersandar di bahunya dengan sorot tatapan kosong.
Davin juga tidak bertanya-tanya lagi kenapa aku lebih memilih untuk naik kereta daripada mobil.
Aku tahu dia pasti juga sudah bisa menebak alasanku, dia 'kan cerdas.
Karena aku memiliki trauma tersendiri naik mobil saat sedang hujan.
Lebih baik naik kereta saja. Aku lebih tenang karena di dalam kereta ada banyak orang.
Saat kami baru keluar dari pintu stasiun, Pak Fendi sudah menunggu di pinggir jalan bersama sopir.
Davin pun mengernyit dan melirikku. "Shani, ayo kita lari."
Aku sontak tertegun. "Lari? Mau lari ke ... "
Belum sempat aku sempat selesai bertanya, Davin sudah menarik pergelangan tanganku dan berlari menembus kerumunan orang.
Pak Fendi p
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda