Bab 1 Cupang
Saat Jessica keluar dari mobil, dia merasa sekujur tubuhnya seperti akan hancur karena disiksa Zack yang tak tahu batasan.
Musim hujan baru saja dimulai, membuat angin malam di pegunungan terasa dingin. Demi menyesuaikan selera Zack, dia sengaja memilih gaun putih ketat sebelum datang ke sini. Namun, kini dia menggigil kedinginan, bahkan kakinya terasa lemas hingga membuatnya sulit berdiri.
Dengan cepat, Jessica merapikan ujung gaunnya yang terangkat. Tubuhnya dipenuhi bekas gigitan di berbagai tempat.
Bekasnya tidak banyak, tetapi bekas itu cukup dalam, bercampur dengan tanda-tanda ciuman yang beragam, membuatnya terlihat mencolok dan memalukan.
Dia merasa kesal karena rasa sakitnya. Zack benar-benar seperti orang jahat, dengan kebiasaan buruk yang sulit untuk dimengerti. Setiap kali menangkapnya, pria itu akan menyiksanya habis-habisan. Bekas-bekas ini mungkin membutuhkan beberapa hari untuk memudar.
Itu berarti, dalam beberapa hari ke depan, Jessica tidak bisa keluar rumah atau bertemu dengan orang lain.
Dia tahu bahwa Zack melakukannya dengan sengaja. Selama dia tidak pergi ke rumah sakit, para orang tua tidak akan terus mendesaknya untuk menikah.
Jessica tidak ingin mengganggu ibunya ketika keadaannya sedang kritis, tetapi dia juga tidak punya hak untuk menolak permintaan Zack.
Lagi pula, sebelum berangkat tadi, ibunya sudah menarik napas panjang untuk berpesan dengan segenap tenaga, "Jessica, Keluarga Sumner itu kaya dan berpengaruh. Zack adalah pilihan terbaik untukmu dalam hidup ini. Bahkan kalau kamu mati, kamu harus mati di makam Keluarga Sumner."
Kalimat selanjutnya adalah ancaman bahwa dia akan mati dengan tidak tenang.
Di bawah langit malam, wajah Jessica yang merah padam belum memudar, matanya tertutup oleh lapisan kabut samar. Ketika memikirkan tujuannya datang ke sini, Jessica menarik napas dalam-dalam, lalu menyipitkan matanya, berujar dengan nada membujuk, "Zack, kondisi ibuku nggak baik. Bisakah kamu menemaniku untuk menjenguknya?"
Kepribadian Jessica yang keras membuatnya sulit untuk berpura-pura manja, sehingga upayanya terdengar agak konyol.
Namun, kali ini berbeda.
Ibunya sedang sekarat. Kanker paru-parunya telah menyebar, membuat usianya tidak akan bertahan lama.
Hanya ada satu permintaannya. Dia ingin bertemu dengan Zack.
Bahkan dengan mata tertutup, Jessica bisa menebak alasan di balik permintaan itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi dari kunci mobil. Zack turun dari mobil dengan langkah panjang, pakaiannya terlihat sangat rapi.
Berbeda dengan kondisi Jessica yang berantakan dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Zack mengenakan kemeja berwarna terang dengan kerah yang terbuka santai, rambut pendeknya tampak rapi, hidungnya mancung, serta alisnya tampak tajam. Ekspresinya datar, tetapi sosoknya yang berdiri di bawah bayangan malam yang gemerlap tampak begitu tajam dan dingin.
Ada kilatan samar di mata Jessica.
Dia harus mengakui bahwa Zack adalah pria dengan wajah tampan yang alami. Bahkan berdiri diam di sana saja sudah cukup baginya untuk menarik perhatian semua orang.
Terlebih lagi, Zack adalah putra keluarga kaya. Dia lahir dengan keberuntungan yang luar biasa, sehingga wajar jika dia bersikap sedikit arogan.
Jika Zack dalam suasana hati yang baik, segala sesuatu bisa dinegosiasikan.
Dengan nada lembut, Jessica mencoba membujuk, "Jangan khawatir, ini nggak akan memakan banyak waktumu."
Dia tahu Zack adalah orang yang sibuk. Namun, ketika mengingat wajah ibunya yang sedang sakit, hidung Jessica terasa masam hingga hampir menangis.
Setelah Zack mendengar ucapannya, dia bersandar di mobil, seolah tidak ada yang terjadi. Dia mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, lalu menyalakannya. Setelah menghisap rokok dengan tenang, dia mengembuskan asap, lalu berkata dengan nada acuh tak acuh, "Baru datang langsung membahas ini?"
Nada suaranya penuh dengan ketidakpuasan.
Jessica merasa marah, hingga dia ingin memaki.
Lagi-lagi seperti ini.
Dulu dia berpikir, karena hubungan mereka adalah perjodohan yang ditetapkan sejak kecil, cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka telah hidup bersama selama bertahun-tahun. Meskipun tanpa surat nikah, hubungan mereka sudah seperti pasangan suami istri yang diketahui semua orang.
Namun, Zack selalu bersikap tidak peduli. Setelah selesai, perasaannya pun menghilang, begitu pula dengan ikatan mereka.
Sikapnya yang dingin membuat Jessica merasa dirinya hanya seperti pendamping wanita yang dibawa Zack, bukan tunangan yang dia lamar untuk dinikahi.
Ini membuat Jessica merasa tidak nyaman.
Di sisi lain, Zack memandangi rokok di tangannya yang hampir habis. Melihat Jessica yang tidak bersuara lagi, dia mengangkat pandangannya, tepat saat bertemu dengan wajah Jessica yang tampak menyedihkan. Wanita itu gemetaran dalam embusan angin malam, dengan mata merah yang penuh rasa tak berdaya.
Zack harus mengakui bahwa Jessica memiliki tubuh yang ideal. Seluruh tubuhnya terasa nyaman dalam genggamannya.
Wanita itu bahkan rela menyesuaikan diri dengan seleranya, membuka diri sepenuhnya. Ketika berada dalam momen penuh gairah, tubuh mereka begitu selaras.
Dia cantik, lembut, serta penurut. Pasangan yang cocok untuk dinikahi.
Namun ....
Zack mengerutkan keningnya. Setelah mematikan rokok di tong sampah, dia berkata, "Kenapa? Nggak bahagia sekarang?"
Ketika ditanya seperti itu, Jessica hanya bisa menahan diri. Dia menggigit bibirnya, menggelengkan kepala pelan, lalu menjawab dengan suara lembut, "Nggak."
Lebih tepatnya, dia tidak bisa merasa tidak bahagia.
Zack sudah terbiasa dengan reaksi Jessica, sehingga dia hanya bergumam sebagai jawaban. "Ini sudah malam, ayo pulang."
Jelas sekali pria itu tidak ingin membahas masalah ini lebih lanjut.
Pernyataan itu membuat Jessica terdiam. Dia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya, hatinya terasa tenggelam.
Dia tahu sifat Zack. Jika dia berkata pulang, dia benar-benar tidak akan membuang waktu lebih lama.
Jessica berjalan menuju kursi penumpang dalam diam. Pandangannya tiba-tiba menangkap stiker kuning kecil di pinggiran kaca spion.
Stiker itu adalah stiker bergambar Winnie the Pooh versi imut.
Sangat lucu.
Namun, dia tidak menempelkan stiker itu.