Bab 15
Pada saat ini, yang terbayang di benak Haris adalah tatapan terakhir Chelsea padanya.
Tatapannya tenang dan tidak menunjukkan emosi apa pun.
Seolah-olah dia menganggap Haris hanya seorang asing, seorang pengunjung yang tidak berarti dalam hidupnya.
Haris tiba-tiba berdiri. Pada saat dia hendak keluar, Elsa tiba-tiba masuk.
"Kak Haris."
Ekspresi Elsa terlihat rapuh dan ketakutan.
Sepasang mata Elsa yang indah dan besar tampak berkaca-kaca, seolah-olah dia akan meneteskan air mata.
Orang-orang yang melihat akan mengira Elsa ditindas.
"Kenapa kamu minum banyak sekali? Besok kamu pasti mengeluh sakit kepala."
Elsa berjalan mendekat, lalu merangkul lengan Haris. Suara Elsa terdengar lembut dan perhatian.
Ketika Haris hendak mengatakan sesuatu, dia mencium aroma parfum yang familier.
Haris terkejut. Dia mengurungkan niatnya untuk menyingkirkan tangan Elsa.
"Kenapa harum sekali?"
Suara lembut Haris tiba-tiba membuat Elsa merasa malu dan gembira.
"Apa parfum ini sama dengan yang kamu pakai seb
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda