Bab 2006
Jayub mengerutkan alisnya, wajahnya menjadi sedikit muram. "Bagaimanapun caranya, kita nggak boleh membiarkan Saka menjadi pemenang! Akan lebih baik jika dia mati di Pegunungan Tunaga ini. Kalau nggak, kita akan kehilangan muka ... " ujarnya.
"Baik!" jawab Tetua Garen dengan penuh hormat.
Sementara itu, di perbatasan kelima.
Saka kini telah kembali ke tempat awal di mana dia berdiri.
Malam gelap menyelimuti Kota Silas. Hujan deras mengguyur tanpa ampun. Saka berdiri di tepi jalan, menatap tajam ke arah truk besar yang kembali melaju kencang melewatinya.
Beberapa saat kemudian, truk itu kembali menghantam mobil orang tuanya, membuat dadanya terasa seperti diremas dengan keras, sakit yang begitu tajam menusuk hatinya.
Namun, kali ini, tatapan Saka tetap tenang.
Meskipun dalam pikirannya, dia tahu bahwa Wendy yang asli tidak menyadari apa yang terjadi dalam ilusi ini, dan menerima bantuannya mungkin bukanlah masalah besar, entah kenapa dia tidak ingin melewati perbatasan ini dengan bantua

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda