Bab 1843
Di sebuah pondok jerami sederhana, tiga orang sedang duduk.
Terdapat bahan obat di mana-mana di dalam pondok jerami ini. Aroma obat yang khas menguar, lalu ada buku catatan yang ditulis dengan tulisan tangan yang indah di atas meja.
Saka menghela napas, Wennie pasti telah mencurahkan pikirannya untuk mempelajari warisan Tabib Agung tersebut.
Dia melihat ekspresi kelelahan yang samar di mata Wennie, kemudian diam-diam merasa sedikit kasihan.
Namun, Saka tetap mempertahankan ekspresinya. Dia mengambil cangkir teh dan berkata sambil tersenyum, "Aku sungguh berterima kasih pada Dokter Dewi Sakti."
Wennie menggelengkan kepalanya, lalu menyahut dengan sungguh-sungguh kepada Saka, "Aku yang harus berterima kasih, Kak Saka. Di mataku, Pak Gary juga seorang pasien dan aku sangat mengaguminya. Aku cuma bersikap acuh tak acuh terhadap Renan. Kak Saka bisa percaya padaku ... "
Apakah dia masih berpura-pura tidak memiliki hubungan dengan Gary?
Saka tidak mau repot-repot mengungkapkannya dan berkata
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda