Bab 1731
Jayub menggelengkan kepalanya, lalu mengangkat tangannya. Tiba-tiba, tombak hitam itu ada di tangannya. Dia menatap Liana tanpa belas kasihan dan berkata, "Tapi, kamu harus berpikir baik-baik. Begitu aku bertindak, aku nggak akan menunjukkan belas kasihan."
"Meskipun Kepala Sekte-mu menyalahkanku, aku nggak peduli. Warisan Tabib Agung lebih penting dari segalanya!"
"Tampaknya aku nggak bisa hidup tanpa mengorbankan orang lain dan sering kali terjebak dalam situasi yang sulit."
Liana tiba-tiba tertawa sinis.
"Kalau begitu, matilah!" ujar Jayub.
"Kamu yang mati!"
Tiba-tiba, Liana mendongak dan menatapnya dengan tatapan teguh. Dia memegang pedangnya dengan erat sambil mengatupkan giginya. Di tubuhnya, ada semacam kekuatan yang mulai terkumpul. Embusan napasnya bahkan lebih kuat daripada sebelumnya.
Namun, dia jelas-jelas terluka ...
"Kamu ... "
Jayub mengernyit. Dia sangat berhati-hati, waspada, dan tidak peduli apa yang Liana katakan dan bagaimana dia memaksa. Itu hanya luarnya saja.
Ora
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda