Bab 1397
Dalam sekejap, semua orang menghirup udara dingin.
Secara logika, Malio-lah yang mulai lebih dulu, jadi masuk akal jika Adriel ingin membunuhnya.
"Dasar orang kejam ... "
Kelopak mata Dilan bergerak-gerak dan dia hanya bisa bersyukur dalam diam. Untungnya, dia segera mengenali situasinya ...
Saat ini, wajah Malio tampak sangat pucat.
Tidak peduli setangguh apa pun dirinya, ketakutan akan kematian tiba-tiba muncul secara spontan. Akan tetapi, dia menggertakkan gigi dan tidak bisa berkata apa-apa untuk memohon belas kasihan.
Tiba-tiba, mata semua orang terfokus pada Daniel.
"Masuk akal kalau ingin membunuhnya," sahut Agus yang mendengus dingin dan membela Adriel.
Setelah mendengar ini, Daniel menggenggam lengan kursi dan merasa sedikit kasihan pada Malio.
Namun, setelah merenung sejenak, dia berkata, "Malio, karena kamu sudah mengambil tindakan, kamu nggak boleh menyalahkan orang lain."
Begitu kata-kata itu keluar, Adriel segera melepaskan cengkeramannya pada tangan Malio dan langsung me
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda