Bab 1017
Sementara itu, di atas perahu kecil, Sugi mengeluarkan raungan seperti halilintar. Matanya dipenuhi garis-garis darah, otot-otot tubuhnya menegang, bagaikan harimau yang bertarung mati-matian di tengah danau.
Wajah Adriel tetap tenang dan dingin. Cakar-cakar naga dan gading gajahnya tampil ganas, menjaga di kedua sisinya.
Dia berdiri tegak di tengah derasnya aura darah yang bergejolak, kulitnya memancarkan cahaya keemasan yang berkilau, seperti dewa perang muda. Tak peduli betapa ganas badai menerpa, dia tetap berdiri kokoh tanpa goyah.
"Aku bangkit dari titik terendah, selangkah demi selangkah berlatih hingga sampai di hari ini. Bagaimana mungkin aku dibunuh oleh anak generasi kedua yang hanya bisa mengandalkan kekuatan orang lain?" teriak Sugi dengan penuh kemarahan.
Menghadapi tatapan dingin Adriel, amarah besar membakar hati Sugi. Bagaimana mungkin Adriel yang hampir mati di tangannya, berani berbicara sombong ingin membunuhnya?
Sugi menghantamkan tendangan seperti ekor harimau yan
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda