Bab 1
Setelah merawat suami yang lumpuh selama tiga tahun sampai sembuh, yang didapatkan Carina adalah melihat suaminya yang sudah sembuh menjemput kepulangan cinta pertamanya dengan megah.
Saat itu, Carina hanya bisa tertawa tak berdaya, tapi di malam yang sama Carina juga selingkuh dengan pria lain, bahkan bersenang-senang dengan pria itu ....
Pria liar memang lebih baik daripada pria lumpuh itu!
Esok harinya, Carina kembali ke vila, dia sangat kaget karena melihat suaminya yang sudah menghilang seminggu duduk di sofa sambil menikmati kopi dengan santai.
Marco melihatnya, "Semalam kamu nggak kembali, ke mana kamu?"
Carina menjawab dengan suara serak, "Aku selingkuh, tapi ini berkat ibumu."
Marco hanya mengerutkan alisnya dengan tidak senang. "Jangan asal bicara, jelas-jelas semalam kamu berhasil kabur."
Setelah mendengar kata ini, Carina hanya menunjukkan ekspresi kaget.
Di acara semalam, Carina meminum bir yang diberi ibu mertuanya, tapi bir itu sudah ditaruh obat. Saat Carina istirahat di hotel, ada seorang pria asing yang menerobos dan ingin menidurinya.
Carina menggigit lidahnya agar rasa sakit bisa membuatnya terus sadar, lalu berusaha kabur, tapi malah bertemu ....
"Jadi kamu bekerja sama dengan ibumu untuk mencelakaiku?"
Marco menjelaskan, "Ini nggak ada hubungannya denganku, ibuku yang berinisiatif membuat hal itu. Saat ibuku tahu kamu berhasil kabur setelah minum bir itu, dia baru meneleponku karena takut kamu terjadi apa-apa."
"Jadi kenapa kamu nggak mencariku?" Carina mengepalkan tangan di samping tubuhnya.
Marco hanya merapatkan bibirnya. "Aku ada urusan. Menurutku, kalau kamu berhasil kabur, kamu pasti ke rumah sakit untuk mencuci lambungmu. Ditambah itu bukan obat mematikan, juga nggak akan melukai tubuhmu."
Setelah mendengar ini, Carina hanya tertawa dingin.
Hal apa yang lebih penting daripada menolong istrinya? Ini semua hanya karena dia tidak peduli.
Dalam hati Carina merasa dingin. "Marco, aku mau lapor polisi!"
Setelah mendengar Carina mau melapor polisi, Marco baru merespons, dia berdiri dari sofa dan berkata dengan nada dingin, "Carina, ibuku hanya bertindak gegabah. Karena kamu baik-baik saja, janganlah memperbesar masalah ini. Hal ini akan memengaruhi reputasi Keluarga Senjaya, kamu juga jangan lupa kalau ibumu nggak bisa menerima serangan beginian."
Carina hanya menatap suami di depannya dengan kaget, bahkan tidak menyangka Marco bisa berkata begitu.
Apa yang bisa didapatkannya dari pernikahan tiga tahun ini hanyalah kekejamannya?
Carina tidak marah, hanya tertawa. Lalu Carina satu demi satu kata mengatakan niat yang sudah lama dia buat di hatinya, "Marco, kita cerai saja."
Marco mengerutkan keningnya dengan kesal. "Tahun ini kamu sudah mengungkit cerai selama dua kali, kali ini apalagi yang mau kamu ributkan?"
"Aku nggak mau ribut. Kalau kamu nggak setuju, aku akan ajukan perceraian kita pada pengadilan." Carina berkata dengan tegas. "Lagian wanita yang kamu cintai sudah kembali. Pernikahan tiga tahun ini hanya sebuah reputasi, lebih baik cerai saja."
Marco merapatkan bibir, dia akhirnya mengerti maksud katanya Carina. "Mengenai masalah semalam, aku akan meminta ibuku minta maaf padamu. Mengenai malam pertama kita, aku memang meninggalkanmu, tapi aku sudah memberimu 2 miliar sebagai kompensasi. Apa sekarang kamu masih mau mengungkit dan mempermasalahkan hal ini?"
Carina hanya tertawa dingin. "Kamu nggak malu saat mengungkit hal ini?"
Tiga tahun lalu, Marco kecelakaan mobil, cinta pertama Marco juga meninggalkannya. Dialah yang menikah dengan Marco di saat kondisi Marco terpuruk, bahkan menjaganya selama tiga tahun. Akhirnya Marco sudah bisa berdiri.
Alhasil di malam pernikahan mereka, Marco meninggalkannya untuk menjemput cinta pertamanya, bahkan semalam itu tak pulang, hanya membiarkan dia di kamar pengantin sendirian.
Marco tidak memedulikan hal itu. "Malam itu memang sudah membuatmu sedih. Kalau kamu merasa kompensasi itu nggak cukup, kamu masih mau berapa?"
Carina hanya tertawa. Uang? Bagaimana ini? Sekarang dia sudah bosan dengan uang ....
Carina melihat ke arah lain untuk tidak melihat pria munafik itu. "Kamu selingkuh, aku juga sudah kehilangan kepolosan. Pernikahan ini nggak perlu dilanjutkan lagi, kalau kamu memang pria, sebaiknya tegas dan cerai denganku."
Marco tidak percaya kalau semalam Carina akan melakukan hal itu, jadi dia bersikeras berkata, "Carina, aku menjaga mantanku hanya karena kasihan padanya, bukan selingkuh."
Carina hanya hmm, lalu dia naik ke atas untuk mengemas barangnya tanpa basa-basi dengannya.
Barang Carina tidak banyak, dia hanya mengemas beberapa baju dan dokumen penting.
Saat turun, Marco berdiri di tangga dengan ekspresi masam. Carina hanya melempar surat cerai ke tubuhnya. "Tanda tangan."
Sikap Marco masih sama seperti tadi. "Aku nggak setuju untuk cerai."
Carina mengabaikannya. "Kalau begitu, sampai ketemu di pengadilan."
Setelah dia pergi, pelayan yang bernama Bibi Sinta membujuk Marco dengan cemas. "Pak, nyonya sedang marah, cepat Anda kejar dan bujuk dia. Kalau benaran cerai ...."
"Dia hanya marah denganku saja. Beberapa hari lagi, dia pasti akan kembali." Marco tidak peduli, hanya berjalan ke ruang kerjanya.
Bibi Sinta berpikir kata Marco benar juga. Selama tiga tahun ini mereka juga sering ribut soal cerai, tapi mau seberapa ribut, Carina tetap saja kembali.
Bagaimanapun, Carina tidak ada keluarga lain, hanya ada ibu yang sakit-sakitan. Kalau dia benaran cerai, dia akan kehilangan status nyonya kaya yang terhormat ini!
...
Setelah Carina keluar dari vila, dia harus mencari hotel untuk tinggal sementara, lalu bergegas mencari pengacara untuk mengurus masalah cerai.
Sebelumnya dia pernah dengar, kalau di Kota Arlen ada Kantor Hukum Jaya yang cukup hebat dan pengacara kantor itu sangat hebat.
Carina langsung ke sana. Setelah dia berbincang dengan karyawan yang menyambutnya, karyawan membawanya ke ruang rapat.
Setelah masuk, dia melihat ada pria yang berdiri di depan jendela dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Pria itu sangat tinggi dan memiliki tubuh yang bagus.
"Pak Henry, Nona Carina sudah tiba," kata karyawan itu, lalu keluar dari ruang rapat.
Setelah pintu ditutup, pria baru membalikkan tubuhnya. Saat mereka saling menatap, Carina sangat kaget sampai membelalakkan matanya!
Kok bisa dia?
Pria itu tidak sekaget Carina, dia hanya berjalan ke depan Carina dengan tenang sambil tersenyum. "Kebetulan sekali, kita bertemu lagi. Apa kamu masih sakit?"
Carina terdiam di tempat, pria yang bersenang-senang dengan dia semalam adalah pria di depan matanya ....
Juga mantan pacarnya yang dia tinggalkan lima tahun lalu. Saat ini dia malah menjadi pengacaranya. Namanya adalah Henry Senton.
Seketika telinga Carina langsung memerah, lalu dia berdeham untuk menenangkan diri dan mengalihkan topik, "Apa kamu sudah tahu permintaan ceraiku? Apa kamu mau menerima kasus ini?"