Aku Ingin Kita Menikah
“Jadi kapan, Mas? Aku butuh kepastian,” tanya Amel pada Andika yang baru saja meletakkan cangkir di atas coffea table di apartemen milik gadis itu.
“Kepastian apa?” Andika balik bertanya dengan tak acuh, lelaki itu masih sibuk menggulir ponselnya tanpa sekalipun menoleh ke arah Amel yang sejak tadi menatapnya serius.
Sejenak gadis itu mendekat, berusaha mengalihkan perhatian Andika dari smartphone di tangannya. Namun sepertinya gagal. Bahkan sejak tadi Andika selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Sesekali sudut bibirnya menyunggingkan senyum, sesekali alisnya naik, begitu seterusnya. Entah dengan siapa pria itu berbalas pesan, tapi sepertinya Andika sangat menikmatinya.
Sehingga, saat Amel melongokkan kepalanya hendak mencuri pandang pada layar ponselnya, lelaki itu buru-buru menghindar, dan melayangkan tatapan tajam pada Amel.
“Kenapa lagi?” tanyannya ketus.
“Kamu yang kenapa, Mas. Dari tadi aku bicara serius lho sama kamu. Tapi kamu sibuk dengan hapemu terus,” keluh Amel ikut-ikutan
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda