Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Dua Garis Merah

"Yeeeey!!! Akhirnya ujian kita selesai juga!!" pekik Nadin begitu keluar dari kelas. Val yang berada di sampingnya sampai harus menutup telinga karna suara Nadin yang kencang hampir memekakkan telinganya. "Val, lo kenapa? Sakit?" tanya Nadin yang sejak tadi memerhatikan wajah Val yang sedikit pucat. "Enggak kok. Cuma pusing sedikit, mungkin efek ujian tadi." "Elo sih kalau belajar nggak tau waktu. Istirahat dong Val kalau capek, jangan dipaksa." Val tersenyum getir. "Nggak ada waktu istirahat buat gue, Nad. Sebelum orang tua gue memastikan hasil ujian gue memuaskan." Seketika Nadin menatap iba ke arah sahabatnya. "Val!" Valerie menoleh saat mendengar namanya di panggil. Senyum di bibirnya langsung terbit tatkala melihat Kevin berlari kecil menghampirinya. "Hai, sayang," sapa cowok tampan itu seraya melingkarkan lengannya di leher Valerie. "Hai, gimana ujian kamu?" tanya Val. Kevin mengerling singkat, "Ya gitu deh," sahutnya malas. "Kok gitu?" "Bisa nggak kita ganti topik? Jangan ngomongin ujian, please ...," mohonnya dengan wajah memelas, membuat Val tersenyum geli. "Duuuuh ... Sakit nih mata gue lihat kalian berdua," gerutu Nadin yang berasa jadi obat nyamuk di antara Val dan Kevin. "Nad, gue pulang bareng Kevin ya," ujar Val yang membuat Nadin semakin cemberut. Padahal Nadin ingin mengajak Val makan-makan di food court untuk merayakan hari terakhir mereka ujian. "Duluan ya, Nad!" seru Kevin sambil melambaikan tangan ke arah Nadia yang menatapnya dengan kesal. "Langsung pulang aja ya, Kev," pinta Val saat mengenakan helm di area parkiran sekolah. "Kok pulang? Aku kan mau ngajakin kamu nonton dulu," sahut Kevin sedikit kecewa. "Ini hari terakhir kita ujian lho, kamu nggak mau jalan-jalan dulu sama aku?" "Bukan gitu," jawab Val yang sudah naik di boncengan dengan kedua tangan melingkar erat di pinggang Kevin. "Trus, kenapa?" "Nggak tau nih, agak nggak enak badanku. Mungkin mau datang bulan." "Oh ya? Berarti yang waktu itu nggak apa-apa, kan?" "Jangan bilang gitu, aku takut beneran, Kev," sergah Val. Kemudian gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Kevin yang belum memakai helm. "Kalau aku hamil gimana? Belum tentu juga bulan ini aku haid." "Tenang aja, sayang. Everything is gonna be alright." "Kamu kok yakin banget." "Yakin dong," sahutnya sambil memakai helm di kepala. "Kamu nggak mau ngulangin lagi?" bisik Kevin sebelum pinggangnya di cubit dengan keji oleh Val. "In your dream!" seru Val bersamaan dengan deru motor besar milik Kevin yang melaju kencang meninggalkan area sekolah. *** Pengumuman hasil ujian akan keluar beberapa hari lagi, setelah para siswa menunggu hampir tiga minggu lamanya. Val sendiri merasa tidak yakin dengan hasil yang akan ia perolah. Gadis itu merasa belum maksimal saat mengerjakan soal-soal ujiannya. Alhasil, beberapa hari ini Val uring-uringan. Itu semua karna perasaannya yang sudah kacau balau mendekati pengumuman hasil ujian yang sebentar lagi akan dipajang di papan pengumuman sekolah. Bahkan, tubuhnya bereaksi lain saat dirinya mulai merasa stres. Perutnya jadi bermasalah. Hampir setiap pagi Val muntah-muntah, entah karna apa. Val mengira, semua itu hanya karna ketakutannya saat menghadapi hasil ujian akhir yang akan keluar sebentar lagi. Namun, tanpa ia sadari ada hal lain yang seharusnya lebih membuatnya khawatir. Karna terlalu fokus pada hasil ujian, Val sampai lupa untuk memeriksa tanggal berapa jadwal haidnya. Padahal bulan sudah akan berganti, tapi Val belum juga mendapatkan haid. "Non Valerie sakit? Kok nggak turun sarapan tadi?" tanya Marni, asisten rumah tangganya saat melihat Val berjalan gontai ke arah ruang makan. "Agak pusing, Mbak." "Masuk angin kali," sahut Marni. "Non Val kan sukanya begadang, nonton drama Korea to?" Val hanya menipiskan bibirnya, dia sudah tak ada tenaga untuk menyahut ucapan Marni. "Saya buatkan teh hangat ya, Non." Val mengangguk. "Sama nasi goreng mau?" "Boleh." Sesaat kemudian Marni sudah membawakan teh hangat beserta nasi goreng favorit Val. Namun baru saja gadis itu mencium bau bawang dari nasi goreng yang masih mengepulkan asap, seketika perutnya seperti di aduk-aduk. Secepat kilat Val meninggalkan kursinya, berlari ke toilet dekat dapur dan muntah di sana. Pagi ini Val sudah muntah lebih dari tiga kali, sampai-sampai dadanya terasa sesak dan tenggorokannya sakit. "Non, Valerie! Ya Allah, Non!" seru Marni tergopoh-gopoh menghampiri Val yang baru keluar dari toilet. "Aku nggak jadi makan deh, Mbak. Mau tiduran aja. Pusing," keluhnya dengan wajah pucat. "Mau di kerik nggak, Non?" tawar Marni. Val menggeleng lemah. "Nggak usah deh. Mau tiduran aja, siapa tau nanti siang sembuh." "Mau di panggilkan Nyonya Susan? Biar di periksa." "Jangan, nanti Mama malah ngomel kalau tau aku sakit. Udah, aku nggak apa-apa kok," kata Val meyakinkan Marni yang terlihat sangat khawatir. Setelah berusaha keras naik ke lantai atas, akhirnya Val sampai juga di dalam kamarnya. Gadis itu langsung merebahkan diri. Hari ini, hari terakhir libur sekolah. Besok, dia sudah harus masuk lagi sambil menunggu pengumuman hasil ujian. Baru saja Val hendak meraih ponselnya di atas nakas, tiba-tiba saja gadis itu teringat sesuatu. "Tanggal berapa ya ini?" gumam Val seraya bangkit dari posisinya dan melihat kalender duduk di atas meja belajar. "Kok udah tanggal segini?" jemari Val bergetar saat meraba kalender di hadapannya. "Kenapa aku belum datang bulan? Apa ada yang salah? Apa aku terlalu stres jadi terlambat datang bulan? Ah, nggak mungkin!" Gadis itu mulai panik. Kalau menurut perhitungan kalender, harusnya di awal bulan, Val sudah mendapatkan haid. Tapi ini sudah hampir akhir bulan, gadis itu belum haid juga. "Jangan-jangan ... Ah, nggak!" Val menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir prasangka buruk. Namun, tak bisa dipungkiri, pikirannya tertuju ke arah sana. Karna itulah Val buru-buru keluar kamar, gadis itu berjalan pelan menuju ruang praktik Mamanya. Dia yakin, di sana pasti ada alat untuk tes kehamilan. Kalau Val mengambil satu, pasti nggak akan ketahuan, kan? Setelah berhasil mengambil salah satu alat tes kehamilan di ruang praktik Mamanya, Val bergegas kembali ke dalam kamar lalu gadis itu masuk ke toilet untuk melakukan tes. "Astaga ...," pekiknya tertahan saat melihat hasil tes urinenya sendiri. "Dua garis merah berarti ... Hamil? Aku hamil? Nggak! Nggak mungkin!!" teriaknya panik. Gadis itu terduduk lemas di dalam kamar mandinya yang luas. Kedua tangannya gemetar dan tubuhnya mendadak menggigil. Tatapannya menerawang jauh entah kemana, dan tak terasa bulir-bulir hangat mulai membasahi sudut-sudut matanya. Penyesalan demi penyesalan kini mulai menggelayuti hati Valerie. Andai saja waktu itu dia menolak ajakan Kevin, pasti semuanya tidak akan berakhir seperti ini. ***

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.